Mendampingi Anak Ber-gadget Ria

sumber gambar : https://cdn.pixabay.com/photo/2019/10/25/06/33/tablet-4576139_960_720.jpg

Kaget?

Ya, sebagai orang tua tentu akan terkejut dengan media Internet saat ini. Saya mah sudah mengalaminya sejak tahun 2003 kala menjadi praktisi di dunia Internet. Dulu iklan-iklan berhubungan dengan pornografi atau konten yang tidak pantas untuk anak-anak masih susah ditemukan walau ada.

Sekarang? Tidak usah jauh-jauh kita mencari website khusus ‘dewasa’, di sosal media semacam FB juga bertebaran konten yang harus diwaspadai. Coba Anda perhatikan iklan-iklan di bagian kanan FB, ada banner ‘T*han L*ma’ atau ajakan pariwisata dan bisnis dengan gambar yang tidak ada hubungannya sama sekali akan jasa yang ditawarkan, kebanyakan memakai gadis-gadis berpose seronok.

Youtube adalah contoh lainnya, setiap video yang mendapat hit banyak akan menjadi headline di bagian halaman utama. Pernah seorang pria tanpa b*sana muncul di halaman muka padahal waktu itu Nyo mau membukakan film Naruto buat si buah hati.

Game online anak-anak? Jangan salah, buka dan Anda akan menemui game khusus dewasa yang siap dikonsumsi anak-anak.

Melarang anak-anak? Jelas tidak bijak karena gadget bertebaran di mana-mana. Dilarang di depan PC mereka bisa membuka lewat ponsel atau tablet tanpa sepengetahuan kita.

Hal terbaik yang dapat dilakukan adalah memahamkan kepada anak-anak entah lewat jalan agama atau logika sesuai dengan kemampuan mereka. Salah satunya Nyo mendidik agar anak selalu jujur, sehingga ketika mendapatkan hal baru di Internet dia akan bertanya dulu kepada kita. Anak-anak Nyo juga mendapat pemahaman tentang aurat, sehingga mereka sudah mempunyai ‘rasa malu’ saat melihatnya.

Tips dari Nyo:

1. Contohkan Kejujuran
Semua diawali dari perilaku kita sebagai orang tua. Ortu harus jujur kepada anak-anak sehingga mereka akan mencontoh kita. Jelaskan secara logika (sesuai kemampuan kosa kata mereka) jika kita melarang sesuatu, jangan berbohong. Bahkan saat kita bercanda tidak boleh berbohong. Manfaatnya besar sekali, setiap menemukan hal baru maka anak akan berkata jujur. Setiap ditanya sesuatu, mereka akan jujur.

2. Bersikap Terbuka
Bukalah selebar-lebarnya ruang untuk berdiskusi. Tidak marah, panik atau bingung apalagi sampai melakukan tindakan kekerasan saat anak melihat atau menemui hal baru yang bukan pada tempatnya. Jelaskan sesuai kemampuan kita. Jangan hanya berkata: “ini tidak baik”, “ini buruk” tanpa memberi alasan. Saat anak berani berbohong, maka orang tua perlu mengevaluasi hubungan/komunikasi dengan putra-putri mereka. Percayalah, anak-anak diberi kemampuan untuk memahami ‘keinginan’ kita jika bersikap terbuka termasuk batasan waktu penggunaan gadget.

3. Dampingi
Ya walau sudah SD misalnya, usahakan ortu tetap mendampingi anak dalam ber-Internet atau teknologi lainnya. Jika mereka mempunyai FB, kita juga harus memiliki akun FB agar dapat mengetahui bagaimana mereka bersosialisasi. Bukan sebagai pengawas atau satpam tetapi menjadi sahabat akrab anak-anak. Sehingga kelak saat anak dewasa akan berkata: “Sahabat terbaik saya adalah Ibu dan bapak.”

4. Dengarkan
Beri kesempatan anak mejelaskan apa yang ada di dalam pikirannya. Jangan menghakimi sebelum kita mengetahui apa yang ada di benak mereka. Anak akan bahagia saat orang tua mau mendengarkan keluh-kesahnya sekecil apa pun. Jika anak kita mempunyai tipe pasif, kita harus banyak bertanya dengan cara yang tepat.

5. Tulus Cinta
Banyak ortu yang berpura-pura ‘mendengarkan/mendampingi’ kegiatan anak, sayang kita tidak tulus melakukannya. Gerak-gerik serta aura tubuh kita dapat dibaca oleh anak, apakah kita tulus atau tidak. Mereka mengajak bicara, kita cuma berkata “hm.. ya ya.” Padahal muka meleng sambil FB-an. Sungguh terlalu…, ubah tatapan dan pandanglah dia dengan cinta, dengarkan baik-baik apa yang mereka sampaikan.

6. Pelajari Teknologi Baru Perluas wawasan ortu soal dunia teknologi.
Jangan hanya asal menyalahkan teknologi dan anak-anak jika kita buta sama sekali soal teknologi. Minimal tahu walau tidak harus menguasainya. Kalau perlu libatkan anak-anak untuk mengajari kita sehingga mereka merasa tersanjung bisa membantu kita.

7. Atur Waktu
Usia di bawah 2 tahun maksimal terpapar elektronika adalah 2 jam selama sepakan (7 hari). Umur 2 tahun ke atas maksimal terpapar elektronika adalah 2 jam selama sehari (24 jam). Ini menurut ahli otak lo bukan saya, searching kalau masih tidak percaya. Khusus gagdet yang disukai boleh bermain setiap hari dengan durasi tertentu (misalnya sehari 1 jam), jangan ditumpuk di hari Sabtu atau Ahad/Minggu secara berjam-jam.

8. Kembali ke Alam
Perbanyak aktivitas di luar (alam terbuka sehat) bersama buah hati. Carilah kegiatan seru bersama sehingga mereka mengenal serunya kebersamaan.

9. Evaluasi Diri
Perhatikan diri anda (orang tua), jangan-jangan Anda juga kecanduan gadget. Bagaimana kita akan memberi contoh anak-anak kalau kita juga kecanduan 😀

10. Doa
Apapun agama Anda, berdoalah agar buah hati kita selalu di jalan kebaikan.

Semoga tips ini bermanfaat buat ortu dalam mendampingi anak ber-Internet/teknologi lainnya.

Salam Kak Sinyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *