Kekuatan Sesungguhnya, Mengalahkan Diri Sendiri

Sungguh musuh yang sebenarnya adalah diri sendiri.

Seperti apa yang terjadi pada kisah ini dimana sebuah perjuangan keras untuk melawan gejolak hati yang begitu kuat.

Bukan sebuah perkara mudah sekali saja lepas kendali mungkin akan terjebak dalam lubang hitam dan sulit untuk keluar.

Namun dengan sebuah kesungguhan dan selalu memanjatkan doa serta selalu mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Gejolak tersebut dapat diredam dan semoga bisa hilang selama – lamanya.

Simak kisahnya

Perkenalkan aku laki – laki berusia 40’an tahun. Berasal dari sebuah pedesaan yang asri dan lingkungan yang agamis.

Bahkan leluhurku termasuk tokoh agamawan yang cukup dihormati di mata masyarakat. Dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sederhana dan memiliki banyak bersaudara.

Masa kecilku seperti umumnya anak laki – laki biasa. Bermain bola, hujan – hujanan, main mobil – mobilan, perang – perangan, serta tak lupa mandi bareng teman perempuan di sungai pada usia sekitar kelas 4 – 5 SD.

Saat itu belum paham makna sebuah syahwat. Mengerti tentang fungsi alat kelamin lawan jenis saja tak tahu walaupun sering melihat punya teman sepemandian tersebut.

Namun sejak kelas 5 SD, sudah merasakan adanya ketertarikan terhadap teman perempuan. Bahkan rasa itu masih ada hingga saat ini. Mungkinkah ini cinta pertama?

Di samping ada rasa seperti yang di tulis di atas terhadap teman perempuan, ternyata aku pun memiliki rasa suka pada sesama jenis (laki – laki), khususnya yang ganteng dan putih.

Dulu gak pernah berpikir macam – macam, apalagi tentang hubungan badan. Karena waktu itu aku belum mendapatkan mimpi basah.

Selama usia kelas 4 – 6 SD, seringkali tidur bareng bersama teman laki – laki.

Bahkan beberapa kali pernah bercanda saling meniduri sesama teman (tidak sampai membuka pakaian alias berpakaian lengkap). Hanya sekedar saling tumpang – tindih tanpa mengetahui bahwa seperti itulah cara orang dewasa melakukan hubungan intim.

Tak ada rasa menikmati maupun enak. Semua dilakukan hanya sekedar bercanda diiringi tertawaan.

Bahkan aku pernah ditiduri dari belakang oleh teman laki-laki yang 5 tahun lebih tua usianya. Organ vitalnya ditempelkan (maaf) tepat pada belahan bokongku, namun tidak sampai melakukan penetrasi ke dalam lubang dubur.

Itu terjadi hanya beberapa saat dan sekali saja. Lagi – lagi aku tidak menikmatinya sama sekali. Tidak lebih hanya sebatas itu saja.

Satu lagi, di antara usia – usia di atas itu juga, aku pernah ditiduri oleh kakak laki – laki kandungku sendiri. Terbangun malam – malam gara – gara ditindih oleh dia dengan posisi telentang, dan celana dipelorotkan.

Artinya (mohon maaf) organ vital dia dengan punyaku saling menempel. Aku tak berontak dan diam saja. Sama sekali tak paham apa yang sedang dia lakukan padaku? Hanya membiarkannya saja, tak merasakan kenikmatan, tak ada rasa apa – apa selain pengap. Kemudian kembali tertidur lelap.

Hingga saat ini, aku tak pernah mengatakan pada siapa pun terkait kejadian malam tersebut, kecuali melalui tulisan ini sekarang. Aku malu dan kasihan, karena dia saudara kandung.

Usia sekitar 14 tahun mendapatkan mimpi basah. Saat itu belum juga paham apa yang terjadi pada tubuh ini? Hanya saja, syahwatku mulai muncul sejak saat itu. Ada rasa terangsang ingin sesuatu yang aneh, namun belum juga tahu nama hubungan badan (baik melihat maupun cara melakukannya).

Masturbasi?

Aku tak tahu, benar-benar sangat polos. Akan tetapi, rasa ketertarikan terhadap sesama dan lawan jenis tetap ada. Porsi bandingnya mungkin 40% tertarik ke perempuan dan 60% pada laki – laki.

Ingin sekali pada saat itu bisa berpelukan ataupun ciuman dengan kedua jenis tersebut. Jika sedang membayangkan keduanya dalam keadaan ‘polos’ aku bisa ereksi.

Usia sekolah SMA kelas 2, di sanalah aku pertama kali menonton blue film. Bagaimana cara berhubungan badan serta teknik – tekniknya. Pada usia itu pula, aku mengalami pelecehan seksual oleh teman – temanku.

Di mana (maaf) organ vitalku dipegang dan dikocok – kocok oleh mereka tanpa bisa melawan, karena kedua tangan dan kaki ditahan mereka. Tidak sampai ejakulasi dan dalam keadaan masih berpakaian lengkap.

Sialnya, sejak saat itulah aku mengenal istilah masturbasi dengan sabun mandi. Pertama kali mencoba, ketagihan. Itu dilakukan hingga sekarang.

Usia 17 – 25 tahun, keanehan seksual yang ada pada jiwa ini semakin berat kurasakan. Tak mengerti, mengapa aku seperti ini?

Aku ingin normal sebagaimana teman – teman lainnya. Memiliki pacar perempuan dan wakuncar di malam Minggu, sebagaimana umumnya remaja lain.

Aku orangnya pemalu dan kurang percaya diri.

Di usia remaja, aku pernah penasaran membuka celana salah seorang teman laki – laki. Melihat, memegang, dan (maaf) mengulum alat vital mereka. Mencium bibir mereka pada saat tertidur.

Untuk hal yang beginian, hanya pernah dilakukan sekali saja karena dorongan rasa penasaran. Selanjutnya aku tak berani karena takut ketahuan. Pokoknya orientasi seksualku lebih mengarah ke suka terhadap sesama jenis.

Sadar akan apa yang ada dalam diri ini salah, aku selalu berusaha menahan dan melawan syahwatku pada sesama jenis. Aku tak mau hidupku hancur dan menanggung malu seumur – umur.

Rahasia keanehan ini selalu kujaga ketat, walaupun ada beberapa teman yang sepertinya mencium gelagat keganjilanku ini. Aku tak pernah membukanya, kecuali melalui tulisan ini.

Kututupi kecurigaan mereka dengan cara menjalin hubungan dengan lawan jenis. Berkali – kali gonta – ganti pasangan, sampai ada yang memberiku stempel playboy.

Padahal bukannya aku tak ingin serius. Hanya saja kurang tertarik dengan perempuan, terkecuali rasa cinta pada teman perempuanku semasa SD seperti yang diceritakan di atas tadi.

Jujur, aku tak pernah melakukan hubungan seksual dengan siapa pun.

Tubuhku masih suci sampai ke jenjang pernikahan. Aku takut dosa dan terkena penyakit menular. Hanya bisa menyalurkan syahwat ini melalui masturbasi dan tontonan film porno, baik yang heteroseksual maupun homoseksual.

Landasan ilmu keagamaan yang ditanamkan orangtua sejak kecil, setidaknya bisa membantu aku berpikir ulang jika ingin melakukan perbuatan seks menyimpang semacam itu. Jika tak ada, entahlah, mungkin aku sudah lama terjun ke dunia hitam.

Akhirnya diusia kepala 3, aku memutuskan untuk menikah. Hidup normal sebagaimana umumnya kaum lelaki dewasa. Memiliki istri, rumah, serta anak-anak.

Bersyukur, dari pernikahan itu aku dikaruniai empat orang anak. Namun dorongan ketertarikanku pada sesama jenis hingga saat ini masih ada.

Jatuh cinta dan berimajinasi bercinta dengan mereka (laki – laki) kerap menggoda. Aku selalu bertahan dan berusaha menepis hasrat laknat tersebut.

Akan tetapi sepertinya istriku sempat curiga akan rahasia yang selama ini kupendam. Dia pernah secara halus namun aku paham maksudnya, memeriksa (maaf) lobang anusku.

Mungkin dia curiga karena kadang-kadang aku ‘dingin’ padanya dan berusaha mencari tahu penyebabnya. Bersyukur, karena area pengeluaran sisa makanan dalam perutku, masih asli. Tak pernah digunakan untuk hal – hal terkutuk. Dia percaya bahwa aku adalah laki-laki tulen.

Selama memiliki keanehan ini, aku tak pernah ingin berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Waria atau transgender, misalnya. Demi Tuhan!

Aku sangat mengutuk kaum – kaum tersebut. Aku ingin normal. Menjadi laki – laki seutuhnya.

Menikmati hari – hari bersama anak dan istri serta mengisi aktivitas luang dengan mereka. Aku menyayangi istriku. Aku mencintai anak-anakku. Aku tak ingin, keanehan ini akan terungkap dan menghancurkan semuanya.

Biarlah rahasia ini tetap menjadi milikku dan Tuhan. Aku tak ingin keluar dari jalur keharusanku sebagai laki – laki, suami dan bapak anak-anak.

Aku ingin mengisi hidup ini dengan keyakinan beragamaku. Soal rasa – rasa itu, PERSETAN aku anggap hanya bisikan iblis yang hendak mencelakaiku. Aku ingin menjadi orang baik dan meninggal dalam keadaan baik pula.

Catatanku, Agama adalah satu – satunya jalan untuk menuntun hidup kita lebih baik. Semakin mengenal Tuhan, maka semakin besarlah tekad kita untuk melawan bisikan syetan.

Aku, laki – laki yang ingin menjadi sosok suami dan bapak yang baik selamanya.

Tambahan :

Dari kecil aku sering mendengar penilaian orang bahwa sikap dan cara bicara serta suaraku kadang seperti perempuan. Tapi tak sampai kemayu maupun ‘melambai’.

Aku berusaha menjaga sikap sebagaimana laki – laki normal pada umumnya. Seiring pertambahan usia dan akil baligh, suaraku berubah besar. Disitulah, aku selalu berusaha ekstra waspada menjaga sikap kemayuku agar tak keluar secara tak disadari.

Aku memelihara kumis, janggut dan sering berakting layaknya laki – laki macho. Mungkin ada hasilnya, karena setelah usahaku tersebut sangat jarang sekali aku diolok – olok sebagai ‘banci’.

Bahkan setelah menikah, hinaan itu lenyap sama sekali hingga kini.

Namun yang jadi masalah adalah aku merasa sebagai manusia pembohong pada anak dan istriku.

Rahasia hidup ini selalu ketat kujaga. Aku tidak ingin semua orang tahu bahwa aku ini manusia ‘aneh’. Mungkin aku termasuk biseksual (AC/DC).

Dalam hal hubungan intim, aku bisa dan sering memuaskan istri. Artinya, secara sex desire, aku tak bermasalah.

Aku takut kehilangan anak dan istri jika sampai jujur mengungkapkan hal ini pada mereka.

Terus terang, aku benci dan sangat mengutuk eksistensi kaum pelangi menyimpang tersebut, walaupun dalam diriku ada jiwa mereka. Aku takut Tuhan murka atas ulah dan perilaku terkutuk mereka.

Aku sama sekali tak akan pernah berani membuka diriku yang asli pada istri. Takut dia kecewa dan meninggalkanku. Aku butuh sosok pendamping untuk menjagaku dari hasrat aneh ini. Aku ingin dialah istriku yang pertama dan terakhir sampai akhir hayat.

Pokoknya, rahasia hidupku ini hanya bisa tertuang di sini. Aku tak peduli penilaian orang (pembaca) setelah mengetahui kisah kelamku ini.

Aku laki – laki dan manusia biasa yang ingin melenyapkan sisi penyimpanganku. Salah satunya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan atau mencintai keluarga kecilku sepenuhnya.

Jika ada rekan – rekan yang berkenan membantu membabat habis sisi penyimpanganku ini, aku menghaturkan banyak terima kasih. Apapun caranya, dengan syarat tak sampai mengetahui wajah asliku. Terus terang, aku sangat malu. Terima kasih.

Bdg, 23/01/2020

Semoga perjuangan saudara kita ini bisa menjadi motivasi untuk saudara – saudara kita lainnya yang mungkin memiliki masalah yang sama dan sedang berusaha berjuang.

Dimana ada usaha pasti akan ada jalan keluar, terutama mengendaplah serendah – rendahnya dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar senantiasa selalu diberikan perlindungan dari perbuatan yanng tidak baik dan selalu diberikan pertolongan.

Sumber : https://web.facebook.com/groups/menantimentari/ Grup Menanti Mentari merupakan grup khusus dari Peduli Sahabat yang menampung suami atau istri (juga para simpatisan) yang pasangannya diketahui berorientasi non-heteroseskual.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *