RIZKA Pencipta Komik Anti Perundungan berjudul “CIPTA” Sekaligus Pemenang Kontes Komik Superhero UNICEF dan Comic’s Uniting Nations

sumber gambar : https://www.unicef.org/indonesia/sites/unicef.org.indonesia/files/styles/press_release_feature/public/UN0327087.jpg?itok=9x8H-8Yo

Aksi perundungan memang sudah kian marak terjadi sekarang dan tidak jarang korban aksi perundungan cenderung takut untuk melawan aksi perundungan tersebut dan memilih diam hingga menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupannya dan juga akan menimbulkan bekas luka yang mungkin akan terus tersimpan seumur hidupnya.

Juga masih banyak juga kalangan masyarakat masih menganggap sepele aksi perundungan ini, dan masih banyak diantara kita yang tidak tahu bahaya atau dampak dari aksi perundungan itu sendiri, peran orang tua sebagai teman/sahabat bagi anak – anaknya sendiri juga masih belum maksimal jadi tidak ada keterbukaan dari korban aksi perundungan karena tidak ada yang mendengarkan keluh kesahnya.

Kali ini datang kisah inspirasif seorang pelajar asal Makasar Rizka Raisa Fatimah Ramli yang melalui kisahnya ia berhasil memenangkan sebuah ajang kontes komik superhero UNICEF dan Comic’s Uniting Nations dengan komik ciptaannya yang berjudul “CIPTA” pada bulan Januari lalu. Komik itu dibuat bertujuan untuk memberikan dukungan atau semangat terhadap korban atau saksi sebuah peristiwa kekerasan untuk berani bersuara.

“Ide dalam komik ini adalah menyemangati korban dan saksi peristiwa kekerasan untuk angkat bicara,” ujar Rizka. “Seperti saya, banyak orang merasa menggambar lebih mudah daripada berbicara, apalagi kalau kejadian yang mereka alami menimbulkan trauma.”

Ide dari pembuatan komik ‘CIPTA” pun juga tak luput dari pengalaman Rizka yang pernah menjadi korban dari aksi perundungan yaitu saat Rizka berusia sembilan tahun ketika pertama kali merasakan bullying, atau perundungan, secara langsung. Saat itu, ia tengah bersepeda sendirian di sekitar rumah. Saat menepi di sebuah gang, ia tiba-tiba diserang secara verbal oleh sekelompok anak dari lingkungan setempat yang lebih tua darinya.

“Saya berbalik, tetapi ada anak-anak lain yang menghalangi jalan. Saya terpojok. Jadi, saya diam saja di atas sepeda, menunggu sampai magrib hingga anak-anak itu pergi. Saya seolah lumpuh.”

Setelah itu, selama beberapa waktu Rizka tidak mau keluar dari rumah. Untuk pergi dan pulang dari sekolah, ia harus diantar dan dijemput oleh salah satu kakaknya. Pada masa sulit inilah, Rizka menemukan rasa aman dari menggambar, dan ia belajar dari permainan video, film anime, dan buku komik. 

Di SMP, peristiwa perundungan dan pelecehan semakin sering ia temui. Matanya segera terbuka terhadap berbagai bentuk kekerasan ini. “Kadang, saya menangis di rumah. Saya sampai berhenti menggambar karena tidak mau mengingat apa-apa. Saya makan banyak dan menjadi gemuk. Mungkin, saya ingin membuat diri saya tidak tampak menarik. Namun, tidak ada yang berubah. Saya masih diolok-olok, digoda, dirundung oleh baik anak lelaki dan perempuan.”

Di akhir masa SMP, tanpa sengaja ia menemukan kembali dunia menggambar dan komik. “Saat itu saya mulai sadar, ternyata ada cara untuk bercerita tentang suatu masalah tanpa harus mengucapkannya.” Perasaan inilah yang, sedikit demi sedikit, menguat dalam dirinya, hingga Oktober 2018, ketika UNICEF mengumumkan konteks menggambar pahlawan super untuk murid sekolah. Kontes ini memang bertujuan membantu mengakhiri perundugan dan kekerasan yang dihadapi anak-anak dan kaum muda lain di seluruh dunia.

“Saya jadi tergerak,” kata Rizka. “Saya memikirkan hubungan saya dan menggambar, dan kemungkinan menggunakan seni sebagai alat untuk melawan.” Kontes ini juga membuatnya banyak berefleksi. “Saya jadi tahu bahwa pada dasarnya saya tidak suka konfrontasi. Mungkin, itu juga sebabnya saya memilih merpati sebagai pembawa pesan Cipta.”

sumber gambar : http://Cuplikan komik karya Rizka yang dibuat berdasarkan pengalaman sang ilustrator dengan perundungan dan program Roots

Semoga kisah inspiratif ini dapat menjadi contoh terutama bagi para korban aksi perundungan untuk berani bersuara ketika mengalami aksi perundungan seperti RIzka saat ia mau bercerita mengenai masalahnya ia memilih untuk menggambar untuk menyuarakan isi hatinya, jadi segala masalah yang mungkin berasal dari aksi perundungan bisa ia luapkan dalam kegiatan yang positif.

So Jangan Takut Jika ada seorang yang membuli, tetap jadilah pribadi yang tegar dan pemberani. Juga pesan kepada para orang tua jadilah teman/sahabat bagi anak – anak kalian, buat suasana komunikasi antara anak dan orang tua layaknya seorang sahabat kepada temannya, agar timbul saling keterbukaan jika mungkin anak mengalami masalah dan takut untuk menceritakan cobalah orang tua untuk bertanya terlebih dahulu, berikan masukan, dukungan, dan motivasi yang positif agar anak bisa melewati masalahnya dengan cara yang positif dan juga untuk membantu pembentukan mental yang kuat.

sumber artikel : https://www.unicef.org/indonesia/id/stories/rizka oleh Laksmi Pamuntjak, 16 Juli 2019

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *