Kecanduan gadget saat ini memang bukan merupakan hal tabu lagi, smartphone sebuah alat yang telah menjadi kebutuhan seperti layaknya saat kita lapar.
Tidak mudah memang menangani kecanduan gadget, karena disana terdapat fasitilas yang lebih menarik walaupun hanya sekedar geser-geser layar entah itu berfaedah atau tidak.
Jadi hal biasa juga jika sekarang saat kita nongkrong nongkrong sudah tidak ada komunikasi langsung antar sesama, semua sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
Berjuta peringatan bahaya kecanduan gadget sudah menjadi hal biasa, tak ada rasa takut sedikitpun.
Namun berbeda hal dengan salah satu negara pemilik brand besar smartphone pintar yang terkenal di dunia memiliki cara tersendiri bagaimana cara menangani kecanduan gadget.
Jakarta, CNN Indonesia — Korea Selatan tengah menghadapi kecanduan gadget. Anak muda, khususnya remaja, di Negeri Ginseng itu sulit lepas dari ponsel pintar mereka.
Tengok
saja Yoo Chae-rin, seorang remaja Korsel berusia 16 tahun. Pada pukul 4
dini hari, dia sadar telah menggunakan ponsel pintarnya selama 13 jam
ke belakang. Padahal, kurang dari tiga jam ke depan, dia harus sudah
berada di sekolah.
“Meski saya tahu kalau saya harus berhenti menggunakan ponsel pintar, tapi saya terus melakukannya,” ujar Chae-rin.
Chae-rin hanya satu dari sekian banyak remaja Korsel yang mengalami adiksi gawai.
Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah Korsel menyelenggarakan kamp pusat detoksifikasi untuk remaja yang kecanduan gadget. Di pusat detoks ini, remaja bakal dikumpulkan dan diterapi agar lepas dari candu terhadap gawai.
Korsel merupakan negara dengan kepemilikan ponsel pintar tertinggi di dunia. Pada 2018, 98 persen remaja Korsel menggunakan ponsel pintar.
Berdasarkan temuan Kementerian Sains dan Teknologi Informasi Korsel, 30 persen anak muda usia 10-19 tahun terlalu tergantung pada ponsel pintar. Terlalu tergantung pada gawai membuat anak mengalami penurunan kontrol diri.
Tahun ini, Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel menggelar 16 kamp pusat detoksifikasi untuk 400 siswa sekolah menengah.
“Saya pikir mereka mengirim anak-anak ke sini [kamp pusat detoksifikasi] karena rasa putus asa mereka untuk mendapatkan bantuan ahli,” ujar Direktur Pusat Konseling dan Kesejahteraan Pemuda, Gyeonggi-do, yang mengelola kamp untuk remaja di Provinsi Gyeonggi Utara, mengutip CNN.
Pusat detoksifikasi ini bisa diikuti dengan gratis. Remaja atau orang tua hanya perlu membayar biaya makanan sebesar 100 ribu won atau Rp1,2 juta untuk dua minggu.
Setiap perkemahan akan berisi 25 siswa. Remaja laki-laki dan perempuan akan menempati kamp yang terpisah.
Di kamp detoksifikasi yang jauh dari kota itu, remaja akan mengikuti sejumlah kegiatan seperti berburu, kesenian dan kerajinan tangan, serta olahraga.
Mereka juga mendapatkan sesi konseling secara perorangan, kelompok, dan keluarga untuk membahas penggunaan telepon. Lalu, 30 menit jelang tidur, siswa akan melakukan meditasi.
Selama beberapa hari pertama, remaja umumnya akan terlihat menderita karena jauh dari gadget.
“Pada hari ketiga baru mereka bisa berubah. Mereka mulai senang bergaul dengan teman-teman,” kata Yoo Sun Duk.
Pusat detoksifikasi ini memberikan manfaat bagi remaja yang kecanduan telepon genggam. Chae-rin adalah salah satu peserta yang bisa lepas dari gawai.
Biasanya, Chae-rin bisa menggunakan telepon hingga tujuh jam sehari. Setelah mengikuti pusat detoksifikasi, penggunaan gawai berkurang menjadi 2-3 jam perhari.
“Sebelumnya, bahkan jika saya berpikir di kepala saya bahwa saya harus berhenti, saya tidak bisa. Tetapi sekarang, jika saya ingin berhenti, saya dapat segera berhenti.” kata Chae Rin
Tim, CNN Indonesia | Kamis, 31/10/2019 11:01 WIB
Tidak bisa dipungkiri memang saat ini smartphone telah menjadi kebutuhan yang penting bukan hanya memudahkan dalam hal komunikasi namun hal lainnya juga bisa terbantu dengan adanya smartphone.
Namun disini bagaimana kesadaran dan kewaspadaan orang tua juga sangat penting, bagaimana ketegasan dan kebijaksanaan dalam memberikan gadget pada anak.
Terutama saat anak sudah mulai beranjak remaja, orang tua harus lebih tegas dalam memberikan kebebasan bermain gadget, entah bagaimana rule metodenya pastilah orang tua sudah mengerti karakteristik anaknya, dari situlah terapkan aturan agar anak bisa lebih bijak menggunakan gadgetnya.
Dan juga ciptakan hubungan baik antara orang tua, jangan sampai anak menjadi sungkan saat ingin berbicara dengan orang tua. Luangkanlah waktu walaupun hanya sebentar untuk sekadar ngobrol atau bercanda dengan anak. Jangan sampai gadget menjadi pelarian saat tidak ada komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Karena mungkin itulah salah satu awal sebab anak kecanduan dengan gadgetnya.
Sumber artikel : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20191021132303-255-441482/belajar-dari-korsel-cara-mengatasi-kecanduan-gadget-remaja