Kasus bullying dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, bagai fenomena gunung es kasus yang terlihat lebih sedikit daripada kasus yang tidak terlihat.
KPAI mencatat dalam rentang waktu 2011 sampai 2019 ada 37.381 pengaduan kekerasan pada anak, untuk kasus bullying sendiri baik dilingkungan sekolah maupun media sosial terdapat 2.473 laporan dan terus meningkat.
Trauma yang didapat oleh korban bullying kadang menjadikan para korban bullying menjadi tambah tidak percaya diri dalam bersosialisasi dengan sesama apalagi jika korban bullying adalah orang yang cenderung tertutup dan tidak mau menceritakan masalahnya dampaknya akan lebih bahaya lagi. Telah terjadi berbagai kasus bullying yang menyebabkan korban depresi berat hingga titik terburuknya sampai nekat mengakhiri hidupnya sendiri.
Bagaimana cara melepaskan trauma dari pembully-an ?
Jika terjadi trauma yang berkepanjangan pada diri korban maka sebaiknya meminta bantuan ahli misalnya kepada konselor BK, lanjut ke psikolog, atau jika memerlukan bantuan obat-obatan baru mendatangi psikiater.
Kebanyakan bullying memang akan membuat trauma si korban namun belum tentu trauma itu berkepanjangan tergantung situasi dan kondisi baik si korban atau lingkungannya.
Secara alami sebenarnya setiap manusia sudah diberi kemampuan untuk mengatasi tekanan dan stress termasuk yang datang dari bully-an.
Di Peduli Sahabat kita memberikan arahan bagaimana melangkah atau bertindak jika kita mengalami bullying termasuk apabila mengalami trauma. Trauma akan diarahkan untuk ditanggulangi sendiri dulu namun kalau dirasa oleh klien bantuan Peduli Sahabat belum bisa menyelesaikan traumanya maka disarankan untuk mendatangi ahlinya karena sering untuk trauma berkepanjangan memerlukan bantuan ahli di bidangnya.
Penanganan yang tepat dan mau membuka diri untuk menceritakan masalah yang dialami korban akan semakin mengurangi dampat buruk akibat bullying. Dukungan penuh dari keluarga terutama dan lingkungan juga memiliki peran penting dalam pemulihan trauma bullying.
Pemberian edukasi, pengarahan, dan juga pengawasan harus selalu diberikan oleh setiap orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan pelaku atau korban bullying harus memberikan perhatian extra.
Maraknya kejahatan seksual saat ini semakin membuat kegelisahan dan kekhawatiran bagi banyak orang, khususnya bagi kalangan perempuan dan anak-anak.
Perempuan dan anak-anak kerap menjadi korban kejahatan seksual baik pelecehan seksual secara fisik, verbal, maupun nonverbal. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan segenap masyarakat bahwa kejahatan seksual sudah semakin memprihatinkan
Dampak psikologis mental yang akan didapatkan bagi para korban tindak kejahatan seksual juga tidak semerta-merta akan hilang dengan sendirinya butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka mental yang sangat membekas pada ingatan.
Baru baru ini telah terbongkar sebuah kasus tindak kejahatan seksual berupa pelecehan seksual. Pelaku yang mengaku sebagai terapis psikologi ini bermodus mengajak client/pasiennya ke kamar hotel untuk melakukan sesi terapi dengan alasan proses terapi pelaku melakukan tindakan-tindakan diluar batasa sebagai trapis. Kasus ini baru terbongkar setelah ada seorang yang berani speak up dan berani menelusuri jejak kejahatan tersebut. Perlu diketahui juga terapis tersebut sudah banyak dikenal dikalangan masyarakat luas dan punya channel youtube.
Singkat cerita, ada salah seorang selebgram yang akan diajak kolaborasi oleh si terapis untuk membuat konten youtube. Namun ditengah percakapan sebelum kesepakatan kolaborasi di sebuah media sosial terdapat kejanggalan saat si terapis memberikan penjelasan soal psikologi. Mulai dari situlah selebgram tersebut mencari tahu siapa sebenarnya si terapis ini, background pendidikannya apa, latarbelakangnya apa, dan lain-lain. Dari penelusuran selebgram tersebut ditemukan bahawa si terapis ini ternyata tidak mempunyai ijin dan tidak terdaftar di SIK HIMPSI ( Sistem Informasi Keanggotaan Himpunan Psikologi Indonesia).
Dari hasil penelusuran itulah kemudian selebgram tersebut mengunggahnya di akun media sosialnya. Semakin viral unggahan tersebut akhirnya membuat banyak korban yang tadinya takut, masih tarauma dengan kejadian tersebut dan tidak berani speak up kemudian mulai berani mengungkap kejahatan seksual yang telah dilakukan si terapis melalui akun media sosial selebgram tersebut.
Para korban menghubungi selebgram tersebut melalui DM dan melalui akun media sosialnya selebgram tersebut membantu para korban dengan mengunggah bukti pelecehan seksual yang telah dilakukan si terapis. Kasus ini akhirnya dilaporkan kepada pihak yang berwajib dan tengah diproses.
Dari kasus ini, para korban tindak kejahatan seksual sebenarnya membutuhkan wadah dan tempat untuk melaporkan tindakan kejahatan seksual yang telah diterimanya dan mereka yang telah menjadi korban sangat membutuhkan pendampingan dan dukungan moril penuh dengan harapan akan menguatkan dirinya untuk tidak terjebak dalam trauma berkepanjangan dan berani speak up melaporkan tindak kejahatan seksual.
Pihak pemerintah harus lebih serius menangani ini, masih banyak masyarakat atau korban yang masih bingung apa yang harus saya lakukan ketika mendapatkan atau mengetahui tindak kejahatan seksual. Apabila sudah ada sistem untuk pelaporan tindak kejahatan seksual dan pendampingan untuk korban kejahatan seksual. Lakukanlah sosialisasi kepada para masyarakat dan instansi apaun itu tentang tata cara pelaporan tindak kejahatan seksual sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku di negara kita dikarenakan kejahatan seksual bisa terjadi dimana saja. Lakukanlah juga sosialisasi di media sosial atau melalui iklan layanan masyarakat di televisi. Dan juga berikanlah perlindungan kepada para pelapor ataupun korban agar tidak ragu lagi untuk melaporkan tindak kejahatan seksual yang telah diterimanya.
Apa yang dilakukan oleh selebgram tersebut terbukti sangatlah membantu dan mungkin mengurangi beban mental yang selama ini para korban kejahatan seksual pendam. Mereka para korban kejahatan seksual yang selama ini hanya memilih diam ataupun takut dengan berbagai ancaman yang telah diberikan oleh pelaku kejahatan seksual akhirnya memiliki wadah untuk berani melaporkan tindak kejahatan seksual tersebut.
Dan juga kepada masyarakat masih memiliki kultur menganggap apa yang telah dialami korban kejahatan seksual adalah merupakan aib yang harus dituttupi haruslah mulai peduli dan membuka diri bahwa korban kejahatan seksual butuh keadilan untuk melaporkan tindak kejahatan seksual dan mendapatkan pendampingan. Rangkul mereka berikan dukungan dan motivasi agar tetap bisa menjadi pribadi yang baik dan tidak terjebak dalam trauma atau paradigma masyarakat yang masih memberikan konotasi negatif terhadap korban kejahatan seksual.
Semoga dengan semakin berani speak up dan melaporkan tindak kejahatan seksual makin berkurang tingkat kejahatan seksual yang terjadi.
Mari bersama sama berantas tindak kejahatan seksual !!!
Sebelum kita bahas mengenai apakah orientasi seks sesama jenis berdosa? mari kita bahas dulu bagaimana tentang tindakan berniat buruk dan bagaimana menghukuminya menurut Islam.
Hukum Berniat Buruk
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Dalam
hadits qudsi yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu ‘Abas -radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah meriwayatkan dari Rabb-nya, yang berfirman:
“.. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan”. [HR. Bukhari-Muslim,potongan hadits]
Perlu diketahui bahwa pembahasan tentang hukum niatan buruk seseorang dirinci ke dalam 5 hal sebagai berikut:
1. Seseorang berniat dengan suatu keburukan dengan hatinya (dan ini bukan haditsun nafs/bisikan dalam hati yang lewat begitu saja). Akan tetapi setelah mempertimbangkan, akhirnya niatan amalan itu ia tinggalkan karena Allah. Maka ia diberi 1 pahala kebaikan yang sempurna. Maka
di sini, meninggalkan suatu perbuatan dianggap sebagai amalan, meski ia
tidak melakukan apa-apa. Tetapi karena niatnya untuk Allah, maka ia
diberi pahala.
Contohnya : Seorang pemuda yang diajak berpacaran sehingga ia pun berniat melakukan pacaran. Akan tetapi setelah ia pertimbangkan lagi, ia tidak jadi melakukan perbuatan tersebut karena mengingat betapa banyaknya dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah tentang haramnya berpacaran. Maka baginya pahala karena telah meninggalkan kejelekkan karena Allah.
Ini menunjukkan
kebaikan dan keutamaan Allah subhanahu wa ta’ala, yang mana rahmat-Nya
mendahului murka-Nya. Meski seseorang sudah berniat buruk, lalu niatan
tersebut ia urungkan. Ia tidak hanya dihindarkan dari dosa, tetapi juga
mendapat pahala.
2. Seseorang yang berniat dengan keburukan, serta ber’azzam, tapi ia lemah terhadap amalan yang ia niatkan, dan tanpa disertai menempuh sebab keburukan tersebut sehingga ia tidak mengamalkan keburukan tersebut. Maka dituliskan baginya 1 kejelekan/dosa, tetapi berbeda dengan dosa orang yang mengamalkan.
Contohnya : Sebagaimana yang dikabarkan nabi -shallallahu’alaihi wasallam- dalam sebuah hadits yang dikeluarkan Imam At-Tirmidzi yang dishahihkan Syaikh Al-Albani, tentang seseorang yang berkata :
“ Kalau saya memiliki harta maka saya akan berbuat seperti perbuatan fulan (yang kaya -pent). Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengatakan: “Dia dengan niatnya maka dosa keduanya sama’ “.
Maka orang yang berniat tersebut dituliskan baginya 1 kejelekan. Tapi tentunya nilai kejelekannya berbeda dengan orang yang beramal. Ditetapkan dosa baginya hanya atas niatnya tersebut.
3. Seseorang yang berniat dengan keburukan, dan ia berusaha menempuh sebab, tetapi ia lemah dalam mengamalkannya, atau tidak tidak mampu mengamalkannya. Maka ia mendapatkan hukuman atau dosa sebagaimana seseorang yang mengamalkan kejelekan tersebut.
Contohnya: Seorang pelajar yang sedang menempuh ujian. Ia sudah mempersiapkan contekkan dan sudah berusaha mencari kesempatan untuk membuka contekkan tersebut. Akan tetapi gagal terus karena pengawasan yang begitu ketat, hingga akhirnya usai ujian dan ia tidak berhasil mencontek. Maka ditetapkan baginya dosa atas niatan mencontek tersebut. Mengapa? Karena, andaikata ada kesempatan ia akan melakukan keburukan tersebut.
“ Jika dua orang muslim saling membunuh dengan pedang mereka, maka yang membunuh dan yang dibunuh sama-sama masuk neraka. Para ṣahabat bertanya, ‘Ya Rasulullāh, si pembunuh memang pantas masuk neraka, lantas kenapa yang dibunuh juga masuk neraka?’. Beliau menjawab, ‘Karena sesungguhnya dia juga ingin membunuh saudaranya tersebut’ ” (HR. Bukhāri-Muslim)
Dalam
hadist tersebut dijelaskan bahwa seorang yang terbunuh juga dimasukkan
ke neraka. Hal ini karena ia juga berniat membunuh saudaranya, tetapi
karena kelemahannya, akhirnya ia yang terbunuh.
Dari sini juga
dapat diambil faidah bahwasannya seseorang yang kepergok berusaha atau
menyusun alibi dalam melakukan tindak kejelekkan seperti mencuri,
merampok, korupsi, dan yang lainnya, ia dikenai hukuman atas
tindakannya. Meski ia belum melakukan tindakan kejelekan tersebut, ia
sudah memiliki niat yang kuat dan sudah menempuh usaha. Maka berdasarkan
hukum syar’i ia tetap terkena hukuman, tetapi tentu kadarnya beda
dengan orang yang sudah terbukti melakukan tindak kejelekan tersebut.
4. Seseorang berniat dengan keburukan. Akan tetapi ia belum menempuh sebab dan tidak jadi mengerjakan
keburukan tersebut karena berbagai alasan seperti malas, bosan, atau
tendensi-tendensi dunia lainnya, atau karena ia tidak mengerti hukum
syar’i tentang perbuatan buruk tersebut. Maka dia tidak mendapatkan
pahala dan tidak pula dosa.
Contohnya: Seseorang
pemuda muslim yang suka menggunakan celana di atas mata kaki dengan
alasan lebih bersih dan suci. Atau mungkin bahkan karena saat itu model
celana di atas mata kaki masih ngetrend sehingga ia pun ikut-ikutan.
Karena ia dalam keadaan tidak melanggar syari’at maka ia tidak berdosa,
dan karena nianya bukan karena menjalankan syari’at, maka ia tidak
mendapat pahala.
“ Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya” (HR. Bukhāri dan Muslim)
5. Seseorang yang berniat dengan keburukan, ia menempuh sebab dan mengamalkannya. Maka baginya sayyi-ah wāhidah (satu kejelekan). Baginya dosa atas niatnya dan amalan yang merupakan realisasi atas niat buruknya tersebut.
“ Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (Al An’am: 160)
-Wallahua’lam bishshowab, wa nas’alullah ‘ilman nafi’a
[Faidah kajian bersama Al Ustadz Abu Idris -hafizhahullah- membahas hadits arbain, di Madrasah Islamiyyah Darusunnah, Jogjakarta]
Lalu bagaimana dengan orientasi seks sesama jenis apakah berdosa ?
Kalau tindakan seksual sesama jenis iya jelas berdosa, bagaimana dengan orientasi seks?
Agar mudah dipahami, orientasi seksual seseorang itu dalam Islam disamakan dengan hadiitsun nafs (bisikan dalam hati) , belum dihukumi apa-apa menurut para ulama karena memang salah satu peran Iblis selalu membisikkan hal-hal jahat dan buruk agar anak cucu Adam mengikuti Iblis.
Dari bisikan hati itu jika kita lanjutkan bisa muncul al hamm (keinginan/angan-angan) atau bahkan pada kasus tertentu langsung dari bisikan hati menjadi niat dan bahkan meningkat menjadi azimah (tekad) tanpa melewati keinginan/angan-angan.
Al hamm untuk kasus tertentu sudah bisa dikatagorikan berdosa jika menghabiskan waktu secara percuma atau berpanjang angan.
Niat atau bahkan azimah masih terbagi lagi menjadi beberapa tahapan menurut beberapa ulama yang bisa menjadikannya jatuh ke dalam dosa atau tidak (bahkan berpahala jika membatalkan niat buruk).
Orientasi seks sesama jenis (ssa = same sex attraction atau bisa juga disebut homoseksual) dihukumi sebagai bisikan buruk. Jika bisikan itu diteruskan lewat berpanjang angan atau bahkan sampai berniat dan bertekad buruk namundibatalkan dengan bersabar dan selalu mengingat peringatan Allah akan haramnya tindakan seksual sesama jenis maka akan mendatangkan pahala secara terus-menerus.
Kecanduan gadget saat ini memang bukan merupakan hal tabu lagi, smartphone sebuah alat yang telah menjadi kebutuhan seperti layaknya saat kita lapar.
Tidak mudah memang menangani kecanduan gadget, karena disana terdapat fasitilas yang lebih menarik walaupun hanya sekedar geser-geser layar entah itu berfaedah atau tidak.
Jadi hal biasa juga jika sekarang saat kita nongkrong nongkrong sudah tidak ada komunikasi langsung antar sesama, semua sibuk dengan gadgetnya masing-masing.
Berjuta peringatan bahaya kecanduan gadget sudah menjadi hal biasa, tak ada rasa takut sedikitpun.
Namun berbeda hal dengan salah satu negara pemilik brand besar smartphone pintar yang terkenal di dunia memiliki cara tersendiri bagaimana cara menangani kecanduan gadget.
Tengok
saja Yoo Chae-rin, seorang remaja Korsel berusia 16 tahun. Pada pukul 4
dini hari, dia sadar telah menggunakan ponsel pintarnya selama 13 jam
ke belakang. Padahal, kurang dari tiga jam ke depan, dia harus sudah
berada di sekolah.
“Meski saya tahu kalau saya harus berhenti menggunakan ponsel pintar, tapi saya terus melakukannya,” ujar Chae-rin.
Chae-rin hanya satu dari sekian banyak remaja Korsel yang mengalami adiksi gawai.
Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah Korsel menyelenggarakan kamp pusat detoksifikasi untuk remaja yang kecanduan gadget. Di pusat detoks ini, remaja bakal dikumpulkan dan diterapi agar lepas dari candu terhadap gawai.
Korsel merupakan negara dengan kepemilikan ponsel pintar tertinggi di dunia. Pada 2018, 98 persen remaja Korsel menggunakan ponsel pintar.
Berdasarkan temuan Kementerian Sains dan Teknologi Informasi Korsel, 30 persen anak muda usia 10-19 tahun terlalu tergantung pada ponsel pintar. Terlalu tergantung pada gawai membuat anak mengalami penurunan kontrol diri.
Tahun ini, Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel menggelar 16 kamp pusat detoksifikasi untuk 400 siswa sekolah menengah.
“Saya pikir mereka mengirim anak-anak ke sini [kamp pusat detoksifikasi] karena rasa putus asa mereka untuk mendapatkan bantuan ahli,” ujar Direktur Pusat Konseling dan Kesejahteraan Pemuda, Gyeonggi-do, yang mengelola kamp untuk remaja di Provinsi Gyeonggi Utara, mengutip CNN.
Pusat detoksifikasi ini bisa diikuti dengan gratis. Remaja atau orang tua hanya perlu membayar biaya makanan sebesar 100 ribu won atau Rp1,2 juta untuk dua minggu.
Setiap perkemahan akan berisi 25 siswa. Remaja laki-laki dan perempuan akan menempati kamp yang terpisah.
Di kamp detoksifikasi yang jauh dari kota itu, remaja akan mengikuti sejumlah kegiatan seperti berburu, kesenian dan kerajinan tangan, serta olahraga.
Mereka juga mendapatkan sesi konseling secara perorangan, kelompok, dan keluarga untuk membahas penggunaan telepon. Lalu, 30 menit jelang tidur, siswa akan melakukan meditasi.
Selama beberapa hari pertama, remaja umumnya akan terlihat menderita karena jauh dari gadget.
“Pada hari ketiga baru mereka bisa berubah. Mereka mulai senang bergaul dengan teman-teman,” kata Yoo Sun Duk.
Pusat detoksifikasi ini memberikan manfaat bagi remaja yang kecanduan telepon genggam. Chae-rin adalah salah satu peserta yang bisa lepas dari gawai.
Biasanya, Chae-rin bisa menggunakan telepon hingga tujuh jam sehari. Setelah mengikuti pusat detoksifikasi, penggunaan gawai berkurang menjadi 2-3 jam perhari.
“Sebelumnya, bahkan jika saya berpikir di kepala saya bahwa saya harus berhenti, saya tidak bisa. Tetapi sekarang, jika saya ingin berhenti, saya dapat segera berhenti.” kata Chae Rin
Tim, CNN Indonesia | Kamis, 31/10/2019 11:01 WIB
Tidak bisa dipungkiri memang saat ini smartphone telah menjadi kebutuhan yang penting bukan hanya memudahkan dalam hal komunikasi namun hal lainnya juga bisa terbantu dengan adanya smartphone.
Namun disini bagaimana kesadaran dan kewaspadaan orang tua juga sangat penting, bagaimana ketegasan dan kebijaksanaan dalam memberikan gadget pada anak.
Terutama saat anak sudah mulai beranjak remaja, orang tua harus lebih tegas dalam memberikan kebebasan bermain gadget, entah bagaimana rule metodenya pastilah orang tua sudah mengerti karakteristik anaknya, dari situlah terapkan aturan agar anak bisa lebih bijak menggunakan gadgetnya.
Dan juga ciptakan hubungan baik antara orang tua, jangan sampai anak menjadi sungkan saat ingin berbicara dengan orang tua. Luangkanlah waktu walaupun hanya sebentar untuk sekadar ngobrol atau bercanda dengan anak. Jangan sampai gadget menjadi pelarian saat tidak ada komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.
Karena mungkin itulah salah satu awal sebab anak kecanduan dengan gadgetnya.
Pasti jawabannya “Ya saya suka anime” termasuk saya juga ! penggemar anime sejak kecil terutama anime yang bergenre action dan olahraga.
Siapa sih yang gak suka anime, hampir seluruh anak kecil hingga orang dewasa pasti tahu dan suka dengan anime.
Ada berbagai genre anime yang sekarang bermunculan, dari yang biasa sampai anime ektrim pun ada.
Kalo saya dari kecil sukanya cuma anime itu – itu saja seperti naruto, captain tsubasa, dragon ball, dan upin – ipin walaupun serialnya diulang – ulang ditonton berulang – ulang tetap tidak bosan,hahahaha
Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi dan makin mudahnya akses internet untuk berbagai kalangan masyarakat, Semua dari anak kecil, orang dewasa, orang tua, semua pegang yang namanya smartphone dan tidak mungkin kalo tidak bisa membukka akses internet.
Karena kebebasan dan kemudahan akses internet itulah maka juga semakin lebarnya kesempatan hal – hal negatif untuk diakses, walaupun di mesin pencarian google di negara kita sudah tidak akan keluar jika mengetikkan kata kunci berbau mesum namun ketahuilah bukan hal sulit untuk menemukan hal negatif dan mesum di internet dengan kecanggihan teknologi saat ini, terutama dalam tulisan ini saya mengkhususkannya ke anime.
Tulisan ini saya salinkan dari anggota group facebook menanti mentari, yang sharing tentang fenomena dunia pelangi di dalam anime dan efeknya.
Simak penjelasannya
Jadi gini. Beberapa hari lalu, ada postingan grup Polygot di beranda saya yang membahas guyonan LGBT, saya baca sekilas komentar-komentar netizen. Lalu perhatian saya teralihkan pada beberapa akun yang menggunakan pp anime.
Saya stalk. Dan nyesek saya bacanya saat kepoin juga akun lain yang mirip-mirip. Pemilik akun-akun tersebut kebanyakan adalah para remaja, dan mereka mengaku sebagai wibu. Wibu adalah sebutan untuk orang yang amat menggemari segala hal tentang Jepang, entah anime, manga, serial drama, kebudayaan, bahasa dan lain sebagainya tentang Jepang. Biasanya kebanyakan wibu adalah otaku. Otaku adalah sebutan untuk orang yang benar-benar fanatik serial anime, manga, tokusatsu.
Gak ada yang aneh dari para wibu atau otaku. Sah-sah aja toh dulu jaman saya SMP ~ SMA saya sempat menjadi wibu/otaku (sekarang enggak, udah emak-emak). Yang bikin saya terkejut dan nyesek adalah wibu dan otaku jaman sekarang ternyata lebih SINTING daripada generasi jaman dulu (90’an akhir ~ 2000’an awal). Serius SINTING.
Mungkin karena jaman millenial ini segala informasi mudah diakses bahkan sulit untuk disaring. Sehingga muatan-muatan negatif yang dimiliki oleh kebudayaan negara lain akhirnya tertelan mentah-mentah.
Jepang misalnya, bangsa Jepang terkenal bersih, disiplin dan hardworking. Tetapi mereka juga punya sisi negatif lain, salah satunya budaya LGBT yang dibiarkan tumbuh subur di sana bahkan mungkin sudah menjadi budaya pop. LGBT begitu transparan, gak lagi tabu bahkan diterima meski pun belum ada undang-undang yang meresmikan pernikahan sesama jenis. Begitu yang pernah saya baca. Di sana itu, sebuah perusahaan gak bisa main pecat karyawan yang ketahuan LGBT. Malah mereka diberi hak yang sama seperti karyawan lainnya, misal karyawan yang memilik pasangan sejenis dan anak adopsi diberi fasilitas tunjangan kesehatan dan asuransi jiwa dari perusahaan, mereka diberi hak yang sama dengan pasangan hetero yang lain. Gak boleh ada yang menjudge malah. Demikian lah Jepang, negara yang belum meresmikan pernikahan sesama jenis, tetapi LGBT begitu diterima. CMIIW.
Dulu jaman saya sekolah tahun 90’an sampai 2000’an. Satu-satunya media yang memberikan informasi soal anime dan manga hanya televisi dan penerbit elex, juga majalah-majalah anime. Memang saat itu ada warnet namun gak banyak. Di jaman itu kita disuguhkan beberapa anime yang genre nya masih aman, seperti Detektif Conan, Captain Tsubasa, Rurouni Kenshin, Inu Yasha, beberapa serial tokusatsu (Power Ranger, Ultraman, Kamen Rider), serial J-Drama dan anime lain sebagainya. Saat itu sependek yang saya tahu, semua masih aman, para wibu/otaku remaja masih lebih suka serial kisah cinta male x female. Normal.
Namun sekarang? Kebanyakan selera para otaku/wibu jaman now melenceng dari jalur. Selera percintaan mereka mulai bergeser ke arah LGBT. Bahkan mereka berpendapat, jaman now gak musim lagi kisah cinta lawan jenis. Jaman sekarang lebih asik serial Yaoi dan Yuri.
FYI, Yaoi adalah anime/manga kisah Boy’s love (kisah cinta antara sesama laki-laki/Gay) dan Yuri adalah anime/manga kisah Girl’s love (kisah cinta antara sesama perempuan/Lesbian).
Jaman now para otaku dan wibu sudah banyak juga yang melenceng seleranya. Siapakah mereka? Mereka adalah Fujoshi dan Fudanshi.
Fujoshi adalah sebutan untuk kaum cewek yang sangat menggemari serial anime/manga Yaoi Yuri.
Fudanshi adalah sebutan untuk kaum cowok yang sangat menggemari serial anime/manga Yaoi Yuri.
Betapa jumlah mereka mulai semakin banyak dan sangat banyak. Anak remaja yang tadinya straight bisa banget berpotensi SSA. Kok bisa? Bisa lah. Kan cerita yang disuguhkan dikemas sangat manis dan indah. Tahu sendiri lah manga-manga Jepang yang pernah kita baca, ceritanya selalu menarik dan bervariasi. Termasuk manga/anime LGBT. Menurut mereka cinta itu universal, tidak peduli apa pun jenis kelaminnya, cinta adalah cinta. Nah, rasanya saya juga dulu pernah berpikiran sama.
Jaman saya sekolah dulu saya langganan majalah Animonster. Majalah anime/manga terkeren pada jamannya. Di majalah itu banyak sekali bahas anime manga terbaru, bahkan membahas tentang musik, drama, hingga kebudayaan dan bahasa Jepang. Dan saya tahu soal LGBT dari majalah tersebut. Ada beberapa volume yang mengupas tuntas perkara anime/manga LGBT. Dari majalah itu saya tahu anime/manga mana saja yang genrenya LGBT dan mana yang enggak. Dan manga LGBT pertama yang saya baca judulnya adalah GRAVITATION (Yaoi).
Saat itu saya antusias, pikir saya keren nih kisah cinta cowok x cowok, maka saya baca lah manga itu. Manga Gravitation berkisah soal seorang rocker muda yang terkenal yang jatuh cinta kepada seorang penulis tekenal. Keduanya adalah publik figure. Karena mereka figure terkenal, mereka menyembunyikan hubungan terlarang mereka dari publik, lalu suatu hari hubungan mereka akhirnya ketahuan, kemudian ramailah berita percintaan homo mereka sampai geger se-Jepang. Lalu ada scene di mana si novelis ini mengadakan konferensi pers lalu menyatakan kepada publik bahwa tidak ada yang salah dari hubungan mereka, kurang lebih begini isi dialog balonnya ;
“Apa yang salah dari cinta kami? Apa
hanya karena dia seorang laki-laki lalu aku tak berhak mencintainya?
Seandainya dia seorang gadis, aku pun pasti akan mencintainya. Hanya
kebetulan ia adalah seorang laki-laki. Jadi tak ada yang salah dari
cinta kami.”
Nah dulu saat saya masih remaja, saya sempat terbius
juga tuh dengan quotes tersebut. Ya saya pikir gak ada yang salah kok,
namanya juga cinta. Namun tetap sih di hati kecil, saya merasa jengah
juga, untungnya saya gak jadi Fujoshi. Saya masih lebih suka serial
manga/anime yang genrenya normal-normal aja. Alhamdulillah. Karena kalau
enggak, kemungkinan saya bakal jadi fanatik fujoshi.
Banyak banget ternyata serial manga/anime yang memasukkan kaum pelangi sebagai tokoh utamanya. Bahkan serial Sailor Moon, Cardcaptor Sakura, Naruto, juga Saint Saiya sebenarnya juga ada unsur LGBT hanya saja tersajikan secara samar/halus. Nah yang halus/samar ini sebutannya serial shounen-ai dan shoujo-ai.
Shounen = Anak laki-laki Shoujo = Anak perempuan Ai =Cinta.
Saya pikir gak aneh sih kenapa negara Jepang sangat ramah terhadap kaum pelangi. Karena jaman dulu, di jaman edo, jaman kekaisaran Shogun Tokugawa masih bertakhta, sempat terbentuk suatu kelompok kepolisian samurai yang bertugas sebagai pelindung pemerintahan Shogun dari para pemberontak. Nama organisasi itu adalah Shinsengumi. Mereka ini pasukan khusus yang dibina sejak remaja sampai dewasa hingga terbentuk menjadi pasukan Shinsegumi siap pakai. Kayaknya semacam sekolah militer kali ya, cuma alatnya pedang katana, karena saat pelatihan mereka diharuskan tinggal di asrama. Nah karena dari usia remaja hingga dewasa ketemu nya sema kawan sejenis lagi, dan lagi maka gak sedikit dari mereka yang terlibat cinta lokasi sesama jenis. Banyak manga/anime yang mengangkat tema Shinsengumi, dan biasanya pasti ada saja tokohnya yang diceritakan gay. Karena memang begitulah adanya. Pemerintah kekaisaran dulu gak melarang praktik homosexual merebak di kalangan militer.
Itu di Jepang ya, di negara lain pun pasti ada. Termasuk negara kita, hanya saja negara kita masih waras (semoga seterusnya).
Di dalam serial Rurouni Kenshin juga diceritakan kelompok Shinsegumi ini. Kalau pernah nonton film Rurouken pasti tahu adegan saat di mana Himura Kenshin membantai para samurai muda yang tengah berjalan beriringan di gang sempit, seragam pakaian yukata yang mereka kenakan sangat khas, yaitu berwarna biru muda dengan aksen zigzag putih di tepian lengan. Ciri khas lain kepala plontos menyisakan cepol ditengah, sambil nyelipin pedang katana di sela ikat pinggang. Nah mereka itulah pasukan Shinsengumi. Tapi gak semua anggotanya homo, masih ada kok yang hetero.
Selain Shinsegumi ada juga budaya kuno Jepang yang berpotensi banget mempraktekkan LGBT, yaitu Kabuki. Kabuki adalah seni teater di mana tokohnya adalah seorang aktor yang diwajibkan berperan sebagai seorang wanita (bisa berperan jadi geisha atau wanita bangsawan) pokoknya harus pria yang memerankan peran wanita, gak boleh wanita asli. Semua pemeran harus laki-laki, wanita gak boleh ikut di teater Kabuki. Entah lah kenapa harus begitu, emak pun tak tahu. Belum cek Google.
Di Indonesia juga ada deh, seni ritual kuno yang
melibatkan figure transgender sebagai pemimpin ritual adat di dalamnya.
Ah saya lupa naman ritualnya dan daerah mana. CMIIW.
Yah, makanya serial manga/anime bahkan drama Jepang sana, udah gak aneh lagi, banyak banget serial yang bertemakan kaum LGBT, bahkan ada satu atau dua boyband yang semua membernya adalah gay. Sengaja katanya demi memuaskan para penggemar fujoshi dan fudanshi. Saya lupa nama boybandnya. Video klipnya sungguh menggelikan.
Makin ke sini ternyata semakin parah. Jaman millenial yang serba cepat mengakses informasi ini, menjadikan anak-anak remaja mudah terpapar LGBT dalam bentuk apa pun. Para wibu/otaku di jaman ini telah banyak menjelma menjadi para fujoshi dan fudanshi. Kata saya sih lebih Sinting.
LGBTQ emang pinter menularkan virusnya. Dikemas dalam bentuk apa pun dan mereka selalu menggaungkan bunyi yang sama, bunyi dialog tiap kali saya baca serial manga yaoi/yuri, pasti kurang lebih gini ;
“Tidak ada yang salah dari cinta kami. Meskipun dia laki-laki dan aku laki-laki, kami saling mencintai.”
atau
“Tidak peduli ia adalah seorang perempuan sepertiku, tidak ada yang salah, kami sama-sama saling mencintai.”
Nah secara gak sadar, pembaca akan tercuci otaknya. Sering baca/nonton serial begituan lambat laun akan menerima LGBT. LGBT akan menjadi gak aneh lagi, bahkan mungkin menantang. Malah kalau saya baca komentar remaja wibu yang fujoshi/fudanshi, mereka akan cenderung lebih menyukai kisah percintaan sesama jenis lalu bukan tidak mungkin mereka akan terpapar hasrat SSA di jiwa mereka atau malah mempraktikkannya. Maka gak jarang, kita temukan remaja jaman sekarang tiba-tiba jadi belok dan malah bangga akan kebelokannya.
Ya itu tadi kisah percintaan
sesama jenis dibuat begitu indah dan sweet, lalu penokohan/pewatakan
para tokoh imajiner bisa dikemas sangat keren. Dua cowok tampan yang
saling jatuh cinta atau dua cewek cantik yang saling jatuh cinta.
Ditambah dengan quotes andalan kaum pelangi bahwa Cinta itu Universal,
apa pun jenis kelaminnya gak ada yang salah dari cinta kami.
Eww 😑
Sekian …..
Jadi harus lebih waspada sekarang , dan peran orang tua sangatlah penting dalam hal ini, orang tua harus jadi sahabat bagi anak, dengan begitu dalam hal ini orang tua bisa menggali tentang apa saja kesukaan atau apa saja yang suka anak akses di dunia maya.
Orang tua harus mulai mau belajar dengan yang namanya teknologi karena jika orang tua acuh dengan teknologi dan hanya memfasilitasi anaknya dengan kemajuan teknologi yang ada tanpa orang tua juga mau belajar maka antipasi dan pengawasan orang tua kepada anak dari hal negatif hanya sebatas yang ia lihat secara nyata tanpa tahu aktifitas anak di dunia maya.
Karena dunia maya menawarkan fasilitas yang lebih menarik di jaman sekarang, dan siapa saja bisa mendapatkannya.
Semoga kita selalu mendapatkan perlindungan dari ALLAH Ta’ala dari hal – hal yang buruk dan selalu dibimbing dijalan yang lurus.