Category Archives: Story

Dont Judge !!!

Woy banci !!!

Woy dasar maho !!!

Woy dasar murahan !!!

Dan masih banyak woy woy woy yang lainnya !

Pernahkah kalian ngatain orang dengan kata – kata tersebut, dengan penuh keyakinan bahwa orang yang kalian kata – katain seperti apa yang kalian katakan.

Pasti jawabnya banyak yang pernah .

Ya sayapun mungkin juga pernah ngatain kayak gitu walaupun mungkin sudah lupa kapan.

Namun setelah saya baca kisah ini, mungkin saya dan kalian telah melakukan suatu kesalahan besar saat dengan mudahnya ngata – ngatain orang . Semoga ALLAH ampuni dosa kita jika kita pernah melakukannya.

Sungguh kisah ini mungkin akan membuat kita mulai berfikir lagi saat ingin menjudge orang.

Simak kisahnya

Labelling

Beberapa hari yang lalu saya membaca kisah orang tua kak SM, ayahnya gay. Saat kak SM kecil, seringkali berjalan dengan ayahnya yang tampan, rapi, halus, sopan, guru SD dan anak-anak tetangga sekitar meledek ayah kak SM, “Woyy bencong…bencong ..bencooong…”

Hmm mulut anak-anak itu memang kasar tapi menyuarakan kebenaran, yang akan terungkap pada sidang perceraian menginjak 33 tahun usia pernikahan ortu kak SM.

Saya teringat masa kecil saya. Adik-adikku yang laki-laki sering mengata-ngatai anak laki – laki tetangga kami bernama AD sebagai Si Bencong. Anak-anak lelaki di lingkungan kami tak mau mengajak AD bermain karena AD kemayu, putih, tampan dan senang bermain dengan anak perempuan, bermain anjang-anjangan (masak-masakan), bermain boneka.

AD kadang menangis dan mengadu pada ortunya. Tapi anak-anak tetaplah anak-anak, mulutnya tidak bisa disumpal nasehat orang tua. Labelling “Bencong” melekat pada AD, mungkin walau perih AD akhirnya abai terhadap sebutan itu. Ia tidak lagi reaktif menangis keras, kala anak-anak lelaki bermain sepeda ramai-ramai sambil teriak, “Bencong wooy Bencong” saat AD bermain Barbie dengan anak-anak perempuan.

Bertahun-tahun kemudian, saat itu tahun pertama pernikahan saya, saat kendaraan kami melintas di jalan komplek perumahan yang kami tempati, suami saya mengomentari sosok perempuan cantik, full make up, berpenampilan sexy, “Wuih…di sini ternyata ada cewek 200%.”
(Tahun pertama itu, kami masih tinggal di Kompleks Mertua Indah, di rumah ortuku😅).

Ternyata cewek 200% itu AD! Konon dia juara 1 kontes waria tingkat provinsi. Pantesan …cuantik bgt🤭🤭. Nah kan? Ledekan anak-anak itu seperti ramalan yang akan menjadi kenyataan suatu hari nanti….

Tepat di 10 tahun pernikahan kami, saat suamiku opname di sebuah RSUD, tak sengaja aku bertemu dengan JY, adiknya AD. “Eh, JY naha maheh di dieu ….Saha nu geuring?” AD jawabnya. Tapi di ruang isolasi, kemungkinan AIDS.

Tak berapa lama, suamiku sehat kembali sedangkan AD meninggal dunia.
….

Saya kemudian teringat masa SMP. Saya bersekolah di SMP favorit di kotaku. Saat kelas 2, Ada guru matematika ganteng, wangi, agak melambai. Busananya khas, bersafari, celana pantalon ketat. Guru math itu berinisial SDSB wkkkk seperti singkatan judi yang hits kala itu. Dia minta dipanggil Pard*d*.

Pard*d* guru yang baik tapi galak jika menghadapi kami, siswinya. Lembut menghadapi siswa. Pernah aku salah menjawab soal di papan tulis, dan dia menarik rambut lembut yang ada dekat pelipis. Dia tarik kencang. Perih, sakit tau, dasar homo!

Nah, Aku baru tahu istilah homo dari teman2ku. Di depan guru math, kami memanggil dia Pak Pard*d*, dibelakang kami sebut dia si PJ homo. Soalnya ngeselin banget tau! Itu sama si BY, dia kasih les tambahan gratis. Tiap malam Minggu datang ke rumah BY ngasih les math. Belum lagi sama YD …kata temen sekelas YD, si PJ homo ngasih satu set jangka. Pokoknya si homo jadi perbincangan hot kala itu.

Lama waktu berselang, saat itu aku sudah kuliah di universitas negeri ternama, aku sedang jalan kaki menuju rumahku. Deg! Kulihat pemandangan mengharukan. Seorang bapak menggendong bocah memakai kain aisan sambil memegang payung. Di samping bapak itu, seorang perempuan ayu berjilbab menjinjing belanjaan di tangan kanannya. Tangan kirinya menggenggam anak kecil kisaran 5 tahun.

Kami berpapasan, dan tak akan kulupa pemandangan mengharukan tersebut. Si PJ homo ternyata telah menikah dan punya 2 anak. Duh! Ternyata dia tidak homo? Batinku. Kali ini mulut kasar jaman remaja muda ternyata salah? Syukurlah dia tidak homo. Dia tampil jadi bapak penyayang, walau aneh. Iya aneh, karena dia menggendong anaknya memakai samping (kain batik tradisional) sambil membawa payung. Fatherhood? He’s just fathering. ..what a day!

Bertahun2 kemudian, saat itu aku sedang mengambil S2 di univ ternama juga di Jkt, aku sedang santai baca Kompas. Kubaca berita tentang seorang kepsek SMP initial SDSB di kota asalku yang dilaporkan OB atas tindak pencabulan. OB tersebut disodomi secara paksa. Dia tidak terima sehingga membuat laporan pada kepolisian setempat.

OMG! Si PJ homo ternyata memang homo!!

Labeling, sekali lagi labeling. Penyebutan negatif secara berulang-ulang menorehkan luka mendalam. Entah karena labeling di masa kecil, lantas AD kelak menjelma jadi waria.

Labeling, kutemukan pada kisah kakak2 di sini. Betapa seorang SSA menjadi tertekan karena sedari kecil dicap BANCI oleh teman2 masa kecil sehingga di usia dewasa menjadi pribadi intovert yang takut bersosialisasi, takut di panggil misalnya dengan sebutan “Si PJ homo” panggilan “kesayangan” kami anak2 smp pada guru math kami.

Maka ada baiknya kita mengajarkan pada anak2 kita untuk tidak mengolok2 dengan panggilan yang menyakitkan hati. Mungkin takdir bisa sangat berbeda bila AD, tetaplah kita panggil AD. Atau PJ Homo kita panggil Pard*d* saja …sebab nama adalah doa!

Sekian

Sudah agak ngeh kan sekarang saat kita mau ngata – ngatain orang, kita memang tidak tahu apa yang akan terjadi pada setiap orang nantinya. Namun setelah membaca kisah ini setidaknya berfikirlah kembali saat ingin ngata – ngatain atau mengolok – olok orang dan fikirkan lagi dampak apa yang akan terjadi.

ta mau ngata – ngatain orang, kita memang tidak tahu apa yang akan terjadi pada setiap orang nantinya. Namun setelah membaca kisah ini setidaknya berfikirlah kembali saat ingin ngata – ngatain atau mengolok – olok orang dan fikirkan lagi dampak apa yang akan terjadi.

Seperti cerita diatas jika mungkin Si AD tetap dipanggil sesuai dengan namanya yaitu AD dan kita nasehati ,kita tetap mau bergaul dengan AD, dan memberikan motivasi – motivasi agar AD bisa menjadi laki – laki sesuai dengan fitrahnya. Bisa saja kejadian dia Si AD yang akhirnya jadi seorang waria dan berakhir denga AIDS bisa terhindarkan.

Semoga ALLAH ampuni dosa kita dan selalu dituntun dijalan kebaikan dan tetap sabar dan ikhlas dalam menerima setiap ujiannya.

Dan semoga dengan kisah diatas kita bisa jadi lebih peduli terhadap sodara sodara kita yang mungkin sedang menerima ujian yang sama seperti Si AD. Agar tetap mau bergaul, menasehati dan memberikan motivasi motivasi agar menjadi manusia sesuai dengan fitrahnya.

Sumber : https://web.facebook.com/groups/pedulisahabat2014/

Perjuanganku

sumber gambar : https://tebuireng.online/wp-content/uploads/2018/08/Berjuang.jpg

Yakinlah selalu ada hikmah dibalik apapun yang sedang ataupun yang telah terjadi pada kehidupan ini. Bersandarlah selalu dan memohon pertolongan kepada ALLAH karena ALLAH lebih tahu dari apa yang tidak kita ketahui.

Jadikan kisah masa lalu sebagai bekal agar masa depan menjadi lebih baik,

Dan juga maafkanlah masa lalu agar tidak menimmbulkan penyakit hati, agar mempermudah langkah di masa depan.

Simak kisahnya

Perkenalkan saya Nur Hidayat. (Nama Samaran)

Saya seorang SSA yang sudah beristri dan mepunyai seorang putra. Saya mencoba mengingat kembali apa yang menjadikan saya seorang SSA. Semoga kisah ini bisa dijadikan pelajaran untuk member grup MM sekalian.

Kata orang tua saya, dulu saya adalah sosok anak yang pintar, lucu dan aktif. Saya mempunyai 3 orang kakak perempuan dan 1 orang kakak laki-laki (abang). Masa kecil saya adalah anak yang baik budi dan sangat dimanja. Berbeda dengan saya, abang adalah anak yang cukup nakal. Abang tidak dekat dengan saya.

Berdasarkan cerita dari ibu, dulu kakak perempuan saya sering mengajari saya tarian india. Dan saya sangat lihai menari (*kalau mama cerita ini saya merasa malu). Mungkin ini salah satu faktor penguat yang membuat saya menjadi SSA.

Ibu saya adalah sosok yang sangat saya banggakan. Ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Saya sangat sayang dan sangat dekat dengan ibu. Lalu, bagaimana dengan ayah? Ayah saya orangnya cuek. Orangnya juga keras, dan kalau marah sangat menyeramkan. Ingatan yang paling kuat soal ayah adalah : kepala saya pernah dipukul sampai bengkak gara-gara tidak mau diminta tolong membelikan korek api ke warung.

Setelah saya ingat-ingat lagi, ayah tidak pernah mengajak saya shalat kemasjid, mangajarkan mengaji, mengajak main dsb. Semua diserahkan kepada guru ngaji. Padahal ayah saya adalah orang yang taat beribadah dan terkadang diminta menjadi imam di mesjid. Pernah saya merasa iri kepada teman sepermainan yang mereka sangat dimanja/disayangi oleh ayahnya.

Suatu hari dikampung saya sedang musim permainan gangsing dari kayu. Teman-teman saya mempunyai gangsing yang sangat keren. Mereka bilang mereka dibuatkan gangsing oleh ayah mereka. Saya pulang sambil mendatangi ayah.
Saya: “Yah, bikinin gangsing yah. “
Ayah: ”Ah males. Ayah capek. Bikin sendiri saja sana” *Dengan nada yang tidak enak.

Betapa hancurnya hati ini saat itu. Akhirnya saya pun membuat gangsing sendiri yang alakadarnya dan tentunya tidak sekeren gangsing teman-teman yang dibuatkan oleh ayah mereka.
Semenjak itu, saya tidak pernah minta dibuatkan mainan apapun lagi.

Saya coba ingat-ingat lagi. Saya lupa kapan terakhir saya dipeluk ayah. Saya lupa pernah dicium ayah. Saya lupa pernah diajak main oleh ayah.

Apakah ayah saya yang membuat saya seperti ini?

Tidak, bukan. Ayah saya adalah orang yang baik. Orang yang sayang keluarga, orang yang bertanggung jawab walaupun ia tidak banyak bicara. Saya sangat menyayangi ayah. Mungkin memang karakter beliau yang seperti itu. Mungkin beliau sangat lelah seharian bekerja dan lelah pulang pergi menggoes sepedanya yang sudah usang.

Ya Allah hamba memaafkan kesalahan ayah hamba. Semua ini terjadi semata-mata hanya karena ujian dari engkau.

Saya flasback lagi. Ternyata semasa kecil, saya banyak bergaul dengan perempuan. Alasanya karena anak laki-laki dikampung saya adalah anak yang kasar. Dan saya sering dikerjain/menjadi bahan bulian. Kalau main petak umpet semua anak laki-laki selalu bersekongkol untuk ngerjain saya. Saya bisa 20 kali jaga/kalah berturut-turut. Saya melihat mereka tersenyum bahagia setiap kali ngerjain/membuli saya. Sehingga saya lebih senang bergaul dengan anak perempuan yang tidak kasar. Walaupun sebenarnya saya masih tidak suka dengan permainan perempuan. Mungkin pembulian kepada saya terjadi karena saya terlalu dimanja dirumah. Sehingga tidak mampu beradaptasi/bersaing dengan dunia luar yang keras. Tapi syukurnya, semenjak SD kelas 4 saya tidak suka bergaul dengan perempuan lagi. Mungkin karena faktor sering dikatain banci karena main dengan perempuan terus.

Saya flash back lebih dalam lagi, ternyata saya pernah dilecehkan saudara sendiri. Pertama oleh tetangga yang masih saudara yang datang mampir kerumah memakai sarung. Kepala saya dimasukan kedalam sarung untuk dipaksa melakukan or*l s*x. Dan yang kedua kali, oleh abang yang tidur sekamar dengan saya.

Saat tengah malam, abang saya membuka celananya dan memaksa saya melakukan or*l s*x. Saya hanya diam mengikuti. Semenjak itu saya merasa ada yang aneh dengan diri saya, saya malah menikmatinya. Sebagai anak kecil, saya tidak berpikiran itu adalah hal yang salah. Ditambah lagi dilakukan oleh saudara sendiri. Kejadian itu dilakukan abang hingga 3 kali. Saat saya minta yang keempat kalinya, abang marah-marah kepada saya. Mungkin karena beliau memang sudah baligh dan paham hal itu adalah dosa. Lalu bagaimana dengan saya? Ingatan utu masih membekas sampai saat ini.

Aku maafkan semua orang yang pernah mendzolimiku dulu, termasuk abang. Mungkin dia saat itu baru memasuki usia puber dan hasrat nya sedang tinggi saat itu. Alhamdulillah abang saya stright dan saat ini dia sudah menikah. Saya tidak tahu apakah perbuatan masa kecil itu masih diingat oleh abang atau tidak. Yang jelas saya memilih untuk pura-pura lupa dihadapannya.

Kesalahan yang terjadi dulu cukup ku ambil hikmahnya. Sebagai seorang ayah Inysa Allah akan kuberikan kasih sayang kepada anak laki-lakiku saat ini. Akan ku ajak ia bermain dan kubuatkan mainan semampuku dan kubahagiakan dia. Tidak akan kubiarkan hal yang menimpaku terjadi padanya. Cukuplah ujian yang sangat berat ini menimpaku saja.

Dan sungguh islam sangat sempurnya. Islam melarang anak tidur satu kasur dengan saudarnya meskipun satu jenis kelamin. Pisahkanlah anak-anak anda saat tidur dan saat mandi dengan saudaranya. Ajari anak kita tentang aurat dan bagian mana yang boleh disentuh.

Semoga kisahku bisa diambil pelajaran. Terima kasih 😇

sumber : https://web.facebook.com/groups/pedulisahabat2014/permalink/3311550725540352/

Diriku Yang Lain

sumber : https://ikimfm.my/wp-content/uploads/2014/08/smile-wallpaper-31222-31955-hd-wallpapers.jpg

Orang pasti tidak akan mengira kalau diriku ini tertarik secara seks kepada sesama jenis. Selain terlihat macho dan gagah, aku juga anak seorang ustadz terkenal di kotaku. Dididkan bapak ‘keras’, kalau anaknya salah maka akan berujung hukuman, itu semua agar anak-anaknya taat beragama. Jadi siapa yang akan menyangka aku tertarik sesama jenis?

Masa anak-anak dan remaja aku bahagia walau dilarang bermain dan bergaul dengan orang sembarangan di luar. Aku akrab dan nyaman bermain dengan anak-anak sekitar yang memang kebanyakan adalah perempuan. Prestasi di sekolah ‘istimewa’ dari SD hingga perguruan tinggi dan kemudian bekerja.

Aku baru sadar tertarik sesama jenis ketika kelas II SMA, saat itu suka sekali melihat ‘pacar’ kakak wanitaku yang sering datang ke rumah. Boleh dikatakan dia adalah cinta pertamaku dan sampai sekarang susah untuk dihilangkan, kadang dulu kalau mencari pasangan sejenis juga yang mirip-mirip dengan dirinya.

Cap sebagai ‘anak ustadz’ mengantarkan aku aktif di kegiatan keagamaan dan menjadi ketua lembaga keagamaan di kotaku. Aku Banyak memberi pelajaran agama Islam untuk anak-anak TK dan SD.

Saat di perguruan tinggi aku mulai berani berpacaran sesama jenis. Aku berpacaran dengannya sekaligus mempunyai pacar perempuan, kami bertiga bahkan bersahabat kental (gila ya…?), hanya saja aku belum berani melakukan tindakan seks sesama jenis.

Setelah lulus PT lah aku baru terjerembab ke dunia seks sesama jenis karena mendapat rayuan dari teman SSA lama. Aku putuskan untuk meninggalkan dia setelah 6 bulan, ternyata aku ketagihan dan mencari laki-laki lain untuk pemuasan seksual.

Aku baru ‘tersadar’ saat ibu menanyakan kapan akan menikah di usia yang ideal ini. Aku panik dan bingung atas apa yang telah terjadi hingga suatu hari terdampar di Peduli Sahabat. Entah aku sendiri lupa bagaimana bisa mengenal Peduli Sahabat.

Di sini aku merasa tidak sendiri dan mendapat support yang luar biasa. Aku tahu telah salah tapi niat untuk tobat dan berbuat baik di jalan Allah sudah bulat. Aku sadar bahwa cobaan ini berat untuk dilalui berdasarkan pengalaman teman-teman di PS juga informasi dari pendampin PS. Setidaknya aku telah menemukan tempat baru yang menguatkan niatku untuk berubah.

Berhasil atau tidak aku tidak ingin memikirkan sekarang, terpenting aku harus berusaha secara maksimal. Mohon dukungan dan doa semua member PS agar usahaku berjalan lancar. Semoga dibalas dengan kebaikan yang berlimpah.

sumber : https://web.facebook.com/groups/pedulisahabat2014

Kekuatan Sesungguhnya, Mengalahkan Diri Sendiri

Sungguh musuh yang sebenarnya adalah diri sendiri.

Seperti apa yang terjadi pada kisah ini dimana sebuah perjuangan keras untuk melawan gejolak hati yang begitu kuat.

Bukan sebuah perkara mudah sekali saja lepas kendali mungkin akan terjebak dalam lubang hitam dan sulit untuk keluar.

Namun dengan sebuah kesungguhan dan selalu memanjatkan doa serta selalu mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Gejolak tersebut dapat diredam dan semoga bisa hilang selama – lamanya.

Simak kisahnya

Perkenalkan aku laki – laki berusia 40’an tahun. Berasal dari sebuah pedesaan yang asri dan lingkungan yang agamis.

Bahkan leluhurku termasuk tokoh agamawan yang cukup dihormati di mata masyarakat. Dibesarkan dalam sebuah keluarga yang sederhana dan memiliki banyak bersaudara.

Masa kecilku seperti umumnya anak laki – laki biasa. Bermain bola, hujan – hujanan, main mobil – mobilan, perang – perangan, serta tak lupa mandi bareng teman perempuan di sungai pada usia sekitar kelas 4 – 5 SD.

Saat itu belum paham makna sebuah syahwat. Mengerti tentang fungsi alat kelamin lawan jenis saja tak tahu walaupun sering melihat punya teman sepemandian tersebut.

Namun sejak kelas 5 SD, sudah merasakan adanya ketertarikan terhadap teman perempuan. Bahkan rasa itu masih ada hingga saat ini. Mungkinkah ini cinta pertama?

Di samping ada rasa seperti yang di tulis di atas terhadap teman perempuan, ternyata aku pun memiliki rasa suka pada sesama jenis (laki – laki), khususnya yang ganteng dan putih.

Dulu gak pernah berpikir macam – macam, apalagi tentang hubungan badan. Karena waktu itu aku belum mendapatkan mimpi basah.

Selama usia kelas 4 – 6 SD, seringkali tidur bareng bersama teman laki – laki.

Bahkan beberapa kali pernah bercanda saling meniduri sesama teman (tidak sampai membuka pakaian alias berpakaian lengkap). Hanya sekedar saling tumpang – tindih tanpa mengetahui bahwa seperti itulah cara orang dewasa melakukan hubungan intim.

Tak ada rasa menikmati maupun enak. Semua dilakukan hanya sekedar bercanda diiringi tertawaan.

Bahkan aku pernah ditiduri dari belakang oleh teman laki-laki yang 5 tahun lebih tua usianya. Organ vitalnya ditempelkan (maaf) tepat pada belahan bokongku, namun tidak sampai melakukan penetrasi ke dalam lubang dubur.

Itu terjadi hanya beberapa saat dan sekali saja. Lagi – lagi aku tidak menikmatinya sama sekali. Tidak lebih hanya sebatas itu saja.

Satu lagi, di antara usia – usia di atas itu juga, aku pernah ditiduri oleh kakak laki – laki kandungku sendiri. Terbangun malam – malam gara – gara ditindih oleh dia dengan posisi telentang, dan celana dipelorotkan.

Artinya (mohon maaf) organ vital dia dengan punyaku saling menempel. Aku tak berontak dan diam saja. Sama sekali tak paham apa yang sedang dia lakukan padaku? Hanya membiarkannya saja, tak merasakan kenikmatan, tak ada rasa apa – apa selain pengap. Kemudian kembali tertidur lelap.

Hingga saat ini, aku tak pernah mengatakan pada siapa pun terkait kejadian malam tersebut, kecuali melalui tulisan ini sekarang. Aku malu dan kasihan, karena dia saudara kandung.

Usia sekitar 14 tahun mendapatkan mimpi basah. Saat itu belum juga paham apa yang terjadi pada tubuh ini? Hanya saja, syahwatku mulai muncul sejak saat itu. Ada rasa terangsang ingin sesuatu yang aneh, namun belum juga tahu nama hubungan badan (baik melihat maupun cara melakukannya).

Masturbasi?

Aku tak tahu, benar-benar sangat polos. Akan tetapi, rasa ketertarikan terhadap sesama dan lawan jenis tetap ada. Porsi bandingnya mungkin 40% tertarik ke perempuan dan 60% pada laki – laki.

Ingin sekali pada saat itu bisa berpelukan ataupun ciuman dengan kedua jenis tersebut. Jika sedang membayangkan keduanya dalam keadaan ‘polos’ aku bisa ereksi.

Usia sekolah SMA kelas 2, di sanalah aku pertama kali menonton blue film. Bagaimana cara berhubungan badan serta teknik – tekniknya. Pada usia itu pula, aku mengalami pelecehan seksual oleh teman – temanku.

Di mana (maaf) organ vitalku dipegang dan dikocok – kocok oleh mereka tanpa bisa melawan, karena kedua tangan dan kaki ditahan mereka. Tidak sampai ejakulasi dan dalam keadaan masih berpakaian lengkap.

Sialnya, sejak saat itulah aku mengenal istilah masturbasi dengan sabun mandi. Pertama kali mencoba, ketagihan. Itu dilakukan hingga sekarang.

Usia 17 – 25 tahun, keanehan seksual yang ada pada jiwa ini semakin berat kurasakan. Tak mengerti, mengapa aku seperti ini?

Aku ingin normal sebagaimana teman – teman lainnya. Memiliki pacar perempuan dan wakuncar di malam Minggu, sebagaimana umumnya remaja lain.

Aku orangnya pemalu dan kurang percaya diri.

Di usia remaja, aku pernah penasaran membuka celana salah seorang teman laki – laki. Melihat, memegang, dan (maaf) mengulum alat vital mereka. Mencium bibir mereka pada saat tertidur.

Untuk hal yang beginian, hanya pernah dilakukan sekali saja karena dorongan rasa penasaran. Selanjutnya aku tak berani karena takut ketahuan. Pokoknya orientasi seksualku lebih mengarah ke suka terhadap sesama jenis.

Sadar akan apa yang ada dalam diri ini salah, aku selalu berusaha menahan dan melawan syahwatku pada sesama jenis. Aku tak mau hidupku hancur dan menanggung malu seumur – umur.

Rahasia keanehan ini selalu kujaga ketat, walaupun ada beberapa teman yang sepertinya mencium gelagat keganjilanku ini. Aku tak pernah membukanya, kecuali melalui tulisan ini.

Kututupi kecurigaan mereka dengan cara menjalin hubungan dengan lawan jenis. Berkali – kali gonta – ganti pasangan, sampai ada yang memberiku stempel playboy.

Padahal bukannya aku tak ingin serius. Hanya saja kurang tertarik dengan perempuan, terkecuali rasa cinta pada teman perempuanku semasa SD seperti yang diceritakan di atas tadi.

Jujur, aku tak pernah melakukan hubungan seksual dengan siapa pun.

Tubuhku masih suci sampai ke jenjang pernikahan. Aku takut dosa dan terkena penyakit menular. Hanya bisa menyalurkan syahwat ini melalui masturbasi dan tontonan film porno, baik yang heteroseksual maupun homoseksual.

Landasan ilmu keagamaan yang ditanamkan orangtua sejak kecil, setidaknya bisa membantu aku berpikir ulang jika ingin melakukan perbuatan seks menyimpang semacam itu. Jika tak ada, entahlah, mungkin aku sudah lama terjun ke dunia hitam.

Akhirnya diusia kepala 3, aku memutuskan untuk menikah. Hidup normal sebagaimana umumnya kaum lelaki dewasa. Memiliki istri, rumah, serta anak-anak.

Bersyukur, dari pernikahan itu aku dikaruniai empat orang anak. Namun dorongan ketertarikanku pada sesama jenis hingga saat ini masih ada.

Jatuh cinta dan berimajinasi bercinta dengan mereka (laki – laki) kerap menggoda. Aku selalu bertahan dan berusaha menepis hasrat laknat tersebut.

Akan tetapi sepertinya istriku sempat curiga akan rahasia yang selama ini kupendam. Dia pernah secara halus namun aku paham maksudnya, memeriksa (maaf) lobang anusku.

Mungkin dia curiga karena kadang-kadang aku ‘dingin’ padanya dan berusaha mencari tahu penyebabnya. Bersyukur, karena area pengeluaran sisa makanan dalam perutku, masih asli. Tak pernah digunakan untuk hal – hal terkutuk. Dia percaya bahwa aku adalah laki-laki tulen.

Selama memiliki keanehan ini, aku tak pernah ingin berubah menjadi sesuatu yang berbeda. Waria atau transgender, misalnya. Demi Tuhan!

Aku sangat mengutuk kaum – kaum tersebut. Aku ingin normal. Menjadi laki – laki seutuhnya.

Menikmati hari – hari bersama anak dan istri serta mengisi aktivitas luang dengan mereka. Aku menyayangi istriku. Aku mencintai anak-anakku. Aku tak ingin, keanehan ini akan terungkap dan menghancurkan semuanya.

Biarlah rahasia ini tetap menjadi milikku dan Tuhan. Aku tak ingin keluar dari jalur keharusanku sebagai laki – laki, suami dan bapak anak-anak.

Aku ingin mengisi hidup ini dengan keyakinan beragamaku. Soal rasa – rasa itu, PERSETAN aku anggap hanya bisikan iblis yang hendak mencelakaiku. Aku ingin menjadi orang baik dan meninggal dalam keadaan baik pula.

Catatanku, Agama adalah satu – satunya jalan untuk menuntun hidup kita lebih baik. Semakin mengenal Tuhan, maka semakin besarlah tekad kita untuk melawan bisikan syetan.

Aku, laki – laki yang ingin menjadi sosok suami dan bapak yang baik selamanya.

Tambahan :

Dari kecil aku sering mendengar penilaian orang bahwa sikap dan cara bicara serta suaraku kadang seperti perempuan. Tapi tak sampai kemayu maupun ‘melambai’.

Aku berusaha menjaga sikap sebagaimana laki – laki normal pada umumnya. Seiring pertambahan usia dan akil baligh, suaraku berubah besar. Disitulah, aku selalu berusaha ekstra waspada menjaga sikap kemayuku agar tak keluar secara tak disadari.

Aku memelihara kumis, janggut dan sering berakting layaknya laki – laki macho. Mungkin ada hasilnya, karena setelah usahaku tersebut sangat jarang sekali aku diolok – olok sebagai ‘banci’.

Bahkan setelah menikah, hinaan itu lenyap sama sekali hingga kini.

Namun yang jadi masalah adalah aku merasa sebagai manusia pembohong pada anak dan istriku.

Rahasia hidup ini selalu ketat kujaga. Aku tidak ingin semua orang tahu bahwa aku ini manusia ‘aneh’. Mungkin aku termasuk biseksual (AC/DC).

Dalam hal hubungan intim, aku bisa dan sering memuaskan istri. Artinya, secara sex desire, aku tak bermasalah.

Aku takut kehilangan anak dan istri jika sampai jujur mengungkapkan hal ini pada mereka.

Terus terang, aku benci dan sangat mengutuk eksistensi kaum pelangi menyimpang tersebut, walaupun dalam diriku ada jiwa mereka. Aku takut Tuhan murka atas ulah dan perilaku terkutuk mereka.

Aku sama sekali tak akan pernah berani membuka diriku yang asli pada istri. Takut dia kecewa dan meninggalkanku. Aku butuh sosok pendamping untuk menjagaku dari hasrat aneh ini. Aku ingin dialah istriku yang pertama dan terakhir sampai akhir hayat.

Pokoknya, rahasia hidupku ini hanya bisa tertuang di sini. Aku tak peduli penilaian orang (pembaca) setelah mengetahui kisah kelamku ini.

Aku laki – laki dan manusia biasa yang ingin melenyapkan sisi penyimpanganku. Salah satunya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dan atau mencintai keluarga kecilku sepenuhnya.

Jika ada rekan – rekan yang berkenan membantu membabat habis sisi penyimpanganku ini, aku menghaturkan banyak terima kasih. Apapun caranya, dengan syarat tak sampai mengetahui wajah asliku. Terus terang, aku sangat malu. Terima kasih.

Bdg, 23/01/2020

Semoga perjuangan saudara kita ini bisa menjadi motivasi untuk saudara – saudara kita lainnya yang mungkin memiliki masalah yang sama dan sedang berusaha berjuang.

Dimana ada usaha pasti akan ada jalan keluar, terutama mengendaplah serendah – rendahnya dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar senantiasa selalu diberikan perlindungan dari perbuatan yanng tidak baik dan selalu diberikan pertolongan.

Sumber : https://web.facebook.com/groups/menantimentari/ Grup Menanti Mentari merupakan grup khusus dari Peduli Sahabat yang menampung suami atau istri (juga para simpatisan) yang pasangannya diketahui berorientasi non-heteroseskual.

Perjalanan Hijrah

sumber gambar : https://artikula.id/wp-content/uploads/2018/06/taubat-768×512.jpg

ALLAH tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya

Masih banyak dari kita termasuk saya yang mungkin masih selalu mengeluh saat ALLAH menguji kita. Selalu bertanya – tanya kenapa aku yang harus menerima ujian ini, kenapa aku harus menjadi salah satu yang harus menerima ujian ini, adilkah ini Ya ALLAH ?, dan masih banyak lagi.

Ya itulah sifat alamiah manusia, namun jarang kita dan saya sadari bahwa kita selalu mengingnkan Surga namun apa yang telah kita perbuat untuk menuju Surga ?

Apakah amal soleh kita jauh lebih banyak dari dosa kita ? Rasanya dosa kita malah jauh lebih buanyak dibandingkan amal soleh kita.

Mulai berfikir kan kenapa ALLAH menguji kita ?

Bisa jadi saat ALLAH menguji kita itulah altenatif / jalan yang sedang ALLAH siapkan untuk kita dalam perjalanan menuju Surganya ALLAH, bukankah harusnya kita bahagia?

Ya itulah kita manusia termasuk saya sendiri.

Marilah teman – teman untuk kita selalu berprasangka baik kepada ALLAH tentang apapun yang telah menimpa kita, tentang apapun yang ALLAH ujikan kepada kita, karena sungguh pendahulu kitapun juga mendapatkan ujian yang bahkan lebih berat daripada kita.

Menuju Surga bagi kita manusia biasa bukanlah perkara mudah, tetapi jika kita ikhlas dalam menjalani apapun dan selalu berprasangka baik kepada ALLAH, insyaALLAH semua akan terasa mudah dan tanpa diduga – duga.

Seperti kisah dibawah ini yang mengajarkan bagaimana sikap kita saat ALLAH sedang memberikan kita ujian.

Ingin medapatkan dunia saja harus melalui berbagai jurang terjal, lha ini Surga yang tingkatannya juauh lebih tinggi tak terhingga dibandingkan dunia, pantaskah untuk memasukinya tanpa melalui ujian?

Simak kisahnya

Oleh : Langit Senja

Mengenal peduli sahabat 2014-2019

Tahun 2016, ada mahasiswa psikologi yang memintaku untuk menjadi respondennya dalam penelitian skripsi. Awalnya ragu, tapi kemudian meyakinkan diri untuk menyanggupi. Walau sadar, akhirnya akan bertambah orang yang mengenalku sebagai SSA.

Wawancara demi wawancara sudah aku lewati. Sampai kemudian, dia mengenalkanku pada peduli sahabat. Dia tahu grup ini dari dari buku yang ditulis kak Sinyo Egie.

Alhamdulillah, waktu itu aku bersyukur banget bisa kenal dengan peduli sahabat. Karena aku menemukan teman-teman yang senasib seperjuangan. Menemukan orang – orang yang menerima dan mendukung perjuangan kami.

Dan yang paling penting aku punya konsep diri yang baru. Aku gak lagi merasa minder, merasa gak percaya diri, merasa gak layak dan berbagai hal negatif lainnya.

Sejak kenal kak Sinyo Egie dan Peduli Sahabat, aku punya semangat dan cita – cita ingin seperti kak Sinyo. Menolong teman – teman yang punya masalah sama denganku. Menjadi teman berbagi pengalaman jatuh bangun hijrah.

Dan Alhamdulilah, dua kali ALLAH memberi kesempatan padaku untuk bertatap muka langsung dengan kak Sinyo dan ikut pelatihan dari beliau. Dan saat ini, aku sedang belajar menerapkan ilmu yang aku dapat dari beliau.

Sejak mengenal peduli sahabat dan punya konsep diri yang baru, aku juga semakin percaya diri untuk bisa terbuka tentang ke-SSA-anku pada orang – orang terdekat. Tujuannya, agar aku bisa mengajak mereka berpikir terbuka dan tahu bahwa gak semua orang yang punya kecenderungan menyukai sesama jenis itu hanya memikirkan nafsu semata.

Bahwa ada diantara mereka yang berjuang keras untuk hijrah dan butuh dukungan. Bahwa ada diantara mereka yang masih berpikir dan bertindak waras. Bahwa ada diantara mereka yang ingin hidup normal seperti yang lainnya.

Dan akhirnya, aku menemukan orang – orang yang menerimaku, mendukungku dan selalu memberi semangat untuk bisa bermanfaat untuk banyak orang.

Proses hijrahku sama dengan teman – teman SSA yang lain. Penuh drama jatuh bangun. Pernah berpikir untuk bunuh diri, pernah ingin menjual diri sebagai PSK sesama jenis, pernah merasa benci, jijik dan muak pada diri sendiri, pernah membenci Tuhan, pernah ingin membunuh dan balas dendam pada orang yang melukaiku di masa kecil dan seabrek perasaan negatif lainnya.

Alhamdulillah semua itu tak pernah terealisasi. Sampai sekarangpun, aku tak pernah punya pasangan sesama jenis. ALLAH selalu menarik tanganku untuk bangkit saat aku hampir terjatuh ke jurang maksiat.

Saat ini aku sepenuhnya menyadari, bahwa apapun takdir kita itulah yang terbaik. Ada hikmah yang luar biasa yang sedang ALLAH siapkan. Walau kita belum menemukannya saat itu juga, teruslah berada di jalan ALLAH.

Bersabar dengan aktif dan teruslah mencari solusi terbaik. Lakukan hal-hal positif agar tak ada celah untuk meratapi takdir. Cintai dirimu, cintai semua ujian – ujianmu dan cintai semua kesulitanmu. Agar ALLAH mencintaimu dan menguatkan hatimu untuk menjalani hidupmu yang istimewa.

Terima kasih kak Sinyo Egie. Semoga ALLAH memberkahi perjuangan kakak dan memberkahi keluarga kakak. Untuk teman – teman seperjuangan, semangat berjuang dan semoga ALLAH menguatkan langkah kita untuk tetap berada di jalan ALLAH.

Bumi Allah
31 Desember 2019

Salam Peduli Sahabat

sumber kisah : https://web.facebook.com/groups/pedulisahabat2014