Apakah Orientasi Seksual Bisa Berubah ?

Secara teori orientasi seksual memang bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tidak bisa disamaratakan. Sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa orientasi seks itu ‘cair’ bisa berubah namun bagaimana cara berubahnya dan membutuhkan proses berapa lama terjadi banyak perbedaan pendapat antara ilmuwan satu dengan yang lainnya.

Di luar Peduli Sahabat banyak bukti bahwa orientasi seksual bisa berubah tapi kami tidak ingin mengambil bukti dari luar.

Peduli Sahabat mempunyai empat narasumber yang (mengaku) berhasil berubah orientasi seksualnya.

Satu orang yang awalnya berorientasi heteroseksual menjadi SSA karena kebiasaan seks sesama jenis namun kemudian berbalik lagi menjadi heteroseksual selama kurang lebih 7 tahun. Kisah hidup beliau sudah ada di dalam grup dan situs Peduli Sahabat (kasus ini contoh sempurna tentang kisah Kaum Luth).

Tiga orang (laki-laki) yang lain adalah orang dengan orientasi SSA kemudian berorientasi heteroseksual (hanya kepada istrinya) dan biseksual.

Keempat narasumber itulah yang kemudian jadikan model dan metode pendampingan untuk membimbing teman-teman yang ingin tetap memilih beridentitas heteroseksual (tertarik kepada lawan jenis) baik secara mandiri atau lewat pendampingan di Peduli Sahabat.

Jadi jawabnya adalah bisa tetapi tergantung situasi dan kondisi seseorang.

Tidak ada ukuran atau patokan yang pasti berapa lama orientasi seks seseorang bisa berubah, bisa tahunan, puluhan tahun, hingga mungkin seumur hidup seseorang tidak berubah orientasi seksnya.

Apakah perubahannya itu menetap dan terjamin 24 jam ?

Tergantung dari orangnya dan sikon yang mendukunng tentu saja karena ini masalah jiwa yang tidak bisa disamaratakan. Tentu saja karena orientasi seksual bersifat ‘cair’ bisa saja suatu saat berubah lagi tergantung sikonnya.

Ada beberapa ilmuwan yang membuat kategori atau skala yang menempatkan beberapa perubahan orientasi seksual seseorang dimulai dari hanya heteroseksual hingga hanya homoseksual, silakan Anda bisa mencarinya di berbagai skala atau ukuran perubahan orientasi seksual.

Peduli Sahabat

Menanamkan Pola Asuh Gentle Parenting

Siapa yang sering dapat hadiah saat rangking 1 atau minimal dapat 10 besar ?

Siapa juga yang sering kena hukuman atau kena marah saat nilai anjlok saat gak tuntas KKM ?

Itulah mungkin yang sering kita rasakan sebagai anak saat orang tua bangga atau kecewa. Pemberian penghargaan dan hukuman memiliki harapan agar memberikan pelajaran hidup dan memberikan motivasi untuk semakin baik.

Namun disisi lain ada orang tua yang tak pernah memberikan penghargaan dan hukuman atau sering disebut pola pengasuhan gentle parenting.

Mereka yang menggunakan pola asuh gentle parenting menganggap pemberian penghargaan dan hukuman hanya akan membuat anak melakukan sesuatu karena ada penghargaan dan konsekuensinya dan juga akan menghambat anak untuk mencoba hal baru.

Lalu apasih sebenarnya pola suh gentle parenting ?

Sesuai dengan pencetusnya Sarah Ockwell yang merupakan psikolog dan penulis buku parenting asal Inggris dalam bukunya The Gentle Parenting Book: How to Raise Calmer, Happier Children from Birth to Seven, menjelaskan, gentle parenting merupakan metode pengasuhan yang mengedepankan prinsip-prinsip empati, respek, dan pengertian untuk membesarkan anak-anak yang lebih percaya diri dan bahagia.

Gentle parenting menurut Sarah Ockwell bukalah sebuah pola asuh namun lebih kepada etos dan cara pandang orang tua. Orang tua akan berempati dan berusaha memahami alasan dibalik perilaku anak mereka.

Dengan kata lain, gentle parenting adalah pola asuh dengan pendekatan yang lembut dan positif. Dalam pola pengasuhan gentle parenting ini, orangtua selalu memikirkan perasaan anak-anaknya. Dengan demikian, orangtua dan anak bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah.

Ada tiga prinsip yang harus dipahami dalam penerapan gentle parenting :

Empati

Orang tua selalu berusaha untuk memahami perasaan anak, bukan penghakiman saat anak melakukan hal buruk maupun kesalahan. Namun lebih mencari apa penyebabnya sampai ia melakukaannya.

Setelah mengetahui penyebabnya akan mudah untuk memberikan pengertian dan menyelesaikan masalah agar kelak tidak terulang lagi.

Respek

Orang tua menghormati anak bukan berarti takut atau tunduk, namun disini orang tua memberikan edukasi bahwa orang tua juga menghormati perasaan anak-anak, kepribadian anak-anak. Dengan begitu diharapkan anak juga akan belajar menghormati dan menghargai orang tua.

Memahami

Perkembangan tiap anak pasti berbeda, disini orang tua harus memahami bahwa anak belum berkembang sepenuhnya dan belum bisa mengontrol diri. Dengan memahami diharapkan mengubah ekspektasi orang tua kepada anak dan mengharuskan orang tua juga memahami perilaku mereka sendiri.

Tapi apakah, gentle parenting mirip permissive parenting? Gaya pengasuhan yang membiarkan anak mendapatkan apapun yang mereka inginkan.

Hal ini jelas sangat berbeda, Sarah Ockwell sendiri memastikan ini adalah dua hal berbeda. Orangtua boleh menetapkan batasan. Bedanya, batasan dalam gentle parenting tidak diatur orangtua. Batasan-batasan yang ditetapkan adalah kesepakatan bersama di dalam keluarga.

Apapun gaya pengasuhan orang tua pasti tujuannya baik dan ingin memberikan yang terbaik. Disinilah orang tua memegang kunci bagaimana pendidikan maupun pola asuh yang ia terapkan kepada anak apakah nantinya menjadi bumerang bagi orang tua atau tidak.

Maka dari itu orang tua harus terus selalu evaluasi dan mau update ilmu juga mau belajar tentang apa saja gaya pengasuhan yang tepat untuk anak-anak mereka.

Sumber penulisan : https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=249900789 17 Dec 2019 15:00:00. oleh Yanuar Jatnika.

Peningkatan Pasien Kecanduan Game di RSJ Jawa Barat

sumber gambar : https://cdn-brilio-net.akamaized.net/news/2015/12/10/30991/117559-ilustrasi-kecanduan-gadget.jpg

Banyak negara yang sekarang sedang gencar mengatasi tingkat kecanduan/adiksi gadget dan game yang terjadi pada anak-anak hingga remaja.

Tak terkecuali negara kita, catatan Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat menunjukkan peningkatan jumlah pasien kecanduan game yang ditangani.

Selama bulan Nonember 2019 saja Rumah Sakit Jiwa Jawa Barat telah menangani sebanyak 19 pasien kecanduan video game .

Sedangkan sejak Januari hingga Oktober 2019 pasien kecanduan video game yang telah mereka tangani sebanyak 81 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dalam rentang waktu tersebut ada hampir 10 pasien kecanduan video game yang mereka tangani tiap bulannya.

Pasien kecanduan video game rata-rata adalah anak-anak dan remaja. Namun ada satu pasien yang ditangani masih balita umur 3,5 tahun.

Berdasarkan data sejak tahun 2016 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat sampai tahun 2019 setidaknya telah menangani total sebanyak 209 pasien kecanduan gadget baik dari kecanduan game online, browsing, dan penggunaan aplikasi.

Dari berbagai data diatas tingkat kecanduan gadget pada anak sudah tidak bisa dianggap sepele. Dengan penggunaan gadget yang berlebihan akan memberikan dampak gangguan perkembangan, emosi serta perilaku, sampai yang lebih bahaya yaitu kecanduan.

Sering kita jumpai banyak anak yang sekarang suka ngamuk saat gadgetnya diambil, itu hanya salah satu bagaimana gangguan emosi terhadap anak yang telah kecanduan gadgetnya. Dan tentunya ini sangat memprihatinkan.

Orang tua yang mungkin tujuan awalnya ingin memberikan fasilitas disela kesibukannya dalam urusan pekerjaan atau rumah tangga malah justru menjadi bumerang .

Tak jarang pasien kecanduan gadget terpaksa harus dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa karena mengalami depresi.

Sudah saatnya para orang tua menerapkan kebijakan dan ketegasan kepada anak dalam penggunaan gadgetnya.

Lebih baik sedia payung sebelum hujan karena jika dibiarkan terus anak mendapatkan kebebasan menggunakan gadget tanpa edukasi dan filter. Maka memungkinkan akan timbul masalah-masalah lagi yang lebih bahaya kedepannya.

Di sisi lain memang ada dampak positif dari penggunaan gadget ataupun memainkan video game namun jika kita lihat apa yang terjadi disekitar kita lebih banyak dampak positif atau dampak negatif yang terjadi ?

Tentunya dampak negatif, iya kan? tak bisa dipungkiri bahwa gadget telah merenggut banyak dari kita.

Coba kita lihat dari berbagai ilustrasi tersebut apakah sudah terjadi di lingkungan kita?

Pastinya sudah ya, atau malah sekarang sudah menjadi kebiasaan ?

Salam Peduli Sahabat

Sumber penulisan :

https://regional.kompas.com/read/2019/12/19/11402691/pasien-kecanduan-game-di-rsj-jabar-terus-bertambah?page=all Penulis : Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief Kompas.com – 19/12/2019, 11:40 WIB

https://cirebon.tribunnews.com/2019/12/19/bocah-35-tahun-sudah-kecanduan-game-saat-ini-dirawat-di-rsj-cisarua-jumlah-pasien-makin-bertambah?page=all Editor: Machmud Mubarok Kamis, 19 Desember 2019 14:29

Ilustrasi https://www.brilio.net/gadget/24-ilustrasi-ini-menggambarkan-parahnya-kecanduan-gadget-bikin-miris-151210v.html Erina Wardoyo (brl/pep) 10 / 12 / 2015

Amrad

Kekerasan dan pelecehan seksual sudah menjadi ancaman serius. Kurangnya filter dan self control menyebabkan kejahatan tersebut kian meningkat dari tahun ke tahun.

Tak main-main kaum perempuan dan laki-laki baik anak-anak, remaja, hingga dewasa sekarang semua terancam dengan para predator seksual yang kerap menyamar dibalik teman sendiri, teteangga sendiri, bahkan keluarga sendiri. Para predator seksual ini selalu baik dalam menyembunyikan karakter aslinya mereka selalu berperilaku baik, santun, ramah namun ternyata ada maksut dibalik itu semua.

Perlunya edukasi tentang seksualitas terhadap masyarakat dan terutama orang tua diharapkan akan memberikan bekal terhadap anak atau individu dalam membentengi diri dari ancaman predator seksual.

Amrad

Sumber : https://islam.nu.or.id/post/read/82840/mengenal-istilah-amrad-dalam-syariat Kamis 2 November 2017 07:30 WIB

Meskipun secara kodrati seorang lelaki ditakdirkan menyukai perempuan, begitupun sebaliknya, tidak bisa dipungkiri bahwa ada kejadian-kejadian yang menyebabkan seseorang bisa terjebak dalam pesona sesama jenis. Tentu hal ini dilarang agama. Dalam fiqih, hal ini kerap dibahas dalam masalah amrad hasan.

Meskipun tidak populer di masyarakat, kejadian-kejadian yang tidak diinginkan akibat interaksi seorang pria dengan amrad ini kerap terjadi. Secara bahasa, dalam kamus Lisanul Arab karya Ibnul Manzhur, amrad berasal dari kata al-mardu (المرد) yang memiliki arti bersih, meluruh. Ibnul A’rabi, sebagaimana dikutip Ibnul Manzhur, menyebutkan bahwa al-mardu adalah pipi yang bersih dari kumis dan jenggot, diserupakan sebagaimana dahan yang bersih dari dedaunan.

Amrad didefinisikan sebagai berikut:

والأَمْرَدُ: الشابُّ الَّذِي بلغَ خُرُوجَ لِحْيته وطَرَّ شَارِبُهُ وَلَمْ تَبْدُ لِحْيَتُهُ

Artinya: Amrad adalah pemuda yang selumrahnya sudah tumbuh jenggot dan kumisnya, namun belum tumbuh.

Ukuran usia muda ini tidak dibatasi sampai usia tertentu. Dikatakan para ulama bahwa anak-anak yang masih polos dan belum tampak ciri laki-lakinya seperti bulu kaki dan tangan, kumis serta jenggot, kerap mengundang syahwat akibat ketampanan atau keelokan parasnya. Secara fiqih, yang menjadi masalah dalam hal ini adalah mereka ini juga menimbulkan hasrat bahkan bagi kaum pria.

Apakah ini penyimpangan? Ulama terdahulu mengantisipasi adanya kemungkinan munculnya hasrat lelaki kepada sejenisnya, terutama pada pemuda yang belum muncul ciri-ciri kelelakiannya itu. Para fuqaha’ pun menyusun penjelasan tentang amrad hasan yaitu seorang amrad yang berparas rupawan. Amrad hasan, atau anak muda yang belum tumbuh kumis atau jenggot sehingga tampak rupawan dan memesona sesamanya, dalam beberapa hal dihukumi sebagaimana interaksi lelaki dengan perempuan, seperti dalam perihal melihat aurat.

Imam an Nawawi menyebutkan dalam Al Majmu’ Syarhul Muhaddzab mengenai hal ini:

ولا يجوز النظر إلى الأمرد من غير حاجة لأنه يخاف الافتتان به كما يخاف الافتتان بالمرأة

Artinya: Tidak diperbolehkan melihat kepada amrad tanpa kepentingan tertentu karena ditakutkan akan terjadi fitnah sebagaimana terjadinya fitnah bagi perempuan (yang bersama laki-laki).

Selanjutnya, Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Syarhun Nawawi ‘ala Shahih Muslim mengenai alasan larangan melihat seorang amrad, baik dengan syahwat maupun tidak, maupun dikhawatirkan fitnah atau tidak.

وَدَلِيلُهُ أَنَّهُ فِي مَعْنَى الْمَرْأَةِ فَإِنَّهُ يُشْتَهَى كَمَا تُشْتَهَى وَصُورَتُهُ فِي الْجَمَالِ كَصُورَةِ الْمَرْأَةِ بَلْ رُبَّمَا كَانَ كَثِيرٌ مِنْهُمْ أحْسَنَ صُورَةً مِنْ كَثِيرٍ مِنَ النِّسَاءِ بَلْ هُمْ فِي التَّحْرِيمِ أَوْلَى لِمَعْنًى آخَرَ وَهُوَ أَنَّهُ يَتَمَكَّنُ فِي حَقِّهِمْ مِنْ طُرُقِ الشَّرِّ مالا يَتَمَكَّنُ مِنْ مِثْلِهِ فِي حَقِّ الْمَرْأَةِ

Alasan larangan melihat amrad sebagaimana larangan melihat aurat perempuan. Sesungguhnya amrad juga bisa merangsang syahwat akibat keelokan parasnya sebagaimana perempuan, bahkan ada sebagian besar yang lebih bagus parasnya dari perempuan. Tetapi, dalam hal melihat amrad, keharaman itu lebih utama, sebab dimungkinkan sekali terjadi perbuatan buruk yang tidak terjadi sebagaimana interaksi pria dan perempuan.

Dari beberapa argumen ini, ulama fiqih memberikan pandangan terhadap kekhawatiran mereka akan kecenderungan seorang lelaki menyukai lelaki, terlebih pada anak-anak yang belum tampak “tanda kelelakiannya”. Kekerasan seksual pada anak kerap kali bisa bermula dari hal-hal seperti ini.

Melalui penjelasan di atas, kiranya perlu bagi orang tua, para pendidik, maupun masyarakat untuk mendapat edukasi seksual yang bijak dan menyadari adanya penyimpangan-penyimpangan yang tidak sejalan dengan ajaran Islam, sehingga keluarga dan orang-orang sekitar dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Wallahu a’lam. (Muhammad Iqbal Syauqi).

Remaja, Pergaulan dan Perilaku Seks Bebas/Pranikah

sumber gambar : https://www.yuksinau.id/wp-content/uploads/2019/11/Cara-Mengatasi.jpg

Era globalisasi semakin membawa perubahan signifikan di berbagai aspek lingkungan. Mulai dari kebiasaan, ten, gaya, hidup dan budaya pun terkena efek era globalisasi.

Namun sayangnya masih saja banyak masyarakat yang meniru atau memperagakan ten ataupun gaya hidup di era globalisasi secara mentah tanpa filter.

Banyak juga yang menganggap dengan mengikuti tren globalisasi akan membuat dirinya tampak mewah, keren ataupun kekikinian.

Efek tanpa filter ini telah membuat banyak perubahan dikalangan masyarakat terutama remaja kita. Budaya Ketimuran kita yang selalu menunjukkan budaya kesopanan, tata krama dan batasan-batasan ( dalam bahasa jawa unggah ungguh ) dalam menjalani kehidupan telah sedikit demi sedikit mereka lupakan dan memilih untuk mengikuti budaya Kebaratan yang cenderung menunjukkan budaya kebebasan dalam menjalani kehidupan.

Sekarang sudah menjadi hal biasa pergaulan bebas dan tindakan seks bebas/pranikah terjadi dikalangan remaja. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi dan digital saat ini membuat akses untuk mengetahui informasi apapun semakin mudah.

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017, terutama yang terkait degan kesehatan reproduksi remaja menunjukkan perilaku pacaran menjadi titik masuk pada praktik perilaku berisiko yang menjdikan remaja rentan mengalami kehamilan di usia dini, kehamilan di luar nikah, kehamilan tidak diinginkan, dan terinfeksi penyakit menular seksual hingga aborsi yang tidak aman.

Survei tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja wanita (81%) dan remaja pria (84%) telah berpacaran. 45% remaja wanita dan 44% remaja pria mulai berpacaran pada umur 15-17. Sebagian besar remaja wanita dan remaja pria mengaku saat berpacaran melakukan aktivitas berpegangan tangan (64% wanita dan 75% pria), berpelukan (17% wanita dan 33% pria), cium bibir (30% wanita dan 50% pria) dan meraba/diraba (5% wanita dan 22% pria).

Di era Revolusi Industri 4.0 saat ini, tantangan pembinaan ketahanan remaja sangat kompleks, baik dari aspek remajanya maupun orangtua/keluarganya.

Dari aspek remajanya, diantaranya pubertas/kematangan seksual yang semakin dini (aspek internal) dan aksesibilitas terhadap berbagai media serta pengaruh negatif sebaya (aspek eksternal) menjadikan remaja rentan terhadap perilaku seksual berisiko. Remaja menjadi rentan mengalami pernikahan di usia dini, kehamilan tidak diinginkan, dan terinfeksi penyakit menular seksual hingga aborsi yang tidak aman.

Kepala BKKBN Dr. Hasto Wardoyo menjelaskan organ reproduksi perempuan usia dibawah 20 tahun masih belum matang, yang sangat rentan terkena kanker mulut rahim 10-20 tahun yang akan datang apabila tersentuh oleh alat kelamin laki-laki. Hasto juga berpesan untuk para remaja laki-laki dan perempuan, agar menjauhkan diri pada hal-hal yang mendekati perilaku seks pranikah.

Peran keluarga terutama orang tua juga sangat berpengaruh di era globalisasi dan kemajuan teknologi maupun digital. Pengawasanpun harus lebih extra bukan hanya dilakukan di dunia nyata namun juga ditambah pengawasan di dunia maya.

Pendidikan seksualitas juga harus update diberikan kepada anak sejak dini sampai terutama di usia remajanya agar memiliki benteng diri dan terhindar dari pergaulan bebas maupun perilaku sek bebas/pranikah.

Jelaskan juga bahaya yang akan ditimbulkan dari pergaulan bebas dan perilaku seks bebas/pranikah . Mulai dari kemungkinan hamil diusia dini dan bahayanya, penyakit-penyakit menular yang akan didapatkannya dan yang lebih bahaya ancaman HIV/AIDS.

Jalin hubungan dan komunikasi yang baik antara anak dan orang tua hal ini juga akan ikut meminimalisir tingkat pergaulan bebas dan tindakan seks bebas/pranikah. Dengan selalu menjalin komunikasi yang baik dengan anak akan membuat anak tak ragu jika ingin menceritakan sesuatu atau menanyakan hal yang mungkin masih tabu dan membutuhkan penjelasan lebih detail.

Dan yang lebih utama adalah berikan pondasi dan ilmu Agama yang kuat. Dengan bekal adab perilaku yang baik serta ilmu Agama akan menuntun kita untuk selalu beraada di jalan yang benar dan baik.

Salam Peduli Sahabat

Referensi penulisan : https://www.bkkbn.go.id/detailpost/kesehatan-reproduksi-dan-nikah-dini 13 Agustus 2019 .